Sunday, May 29, 2016

DUNIA TANPA UANG TUNAI



Dalam era digital ini kita bisa membeli barang-barang kebutuhan kita tanpa uang tunai, baik secara online via transfer ATM, kartu kredit, cek, dll. Tetapi kita masih butuh mengantri di BANK untuk reload (menabung) dengan uang tunai. Tetapi bayangkan apabila suatu saat tidak ada uang tunai / uang fisik sama sekali yang ada hanya e-money / uang electronic. Kita hanya mengandalkan smartphone kita dalam membeli/membayar sesuatu, kita bekerja dibayar melalui transfer e-money, kita makan di warung membayar pakai e-money, tidak perlu uang receh untuk pengembalian uang karena kita bisa mengetik nominal sampai satuan sekecil mungkin. Orang bepergian di negara mana saja memiliki pembayaran yang sama saja yaitu e-money, tidak ada lagi kotak-kotak mata uang negara ini negara itu jadi bersifat universal. Tetapi hal ini dapat terwujud dalam catatan jika sudah tidak ada lagi orang tua yang gaptek atau yang tersisa adalah generasi yang sudah mengerti teknologi smartphone. Inilah teknologi bidang keuangan di masa depan hasil inspirasiku yang muncul saat mengantri lama di BANK untuk menabung (KT).

Thursday, October 23, 2014

Tentang Novel Metropolis : Demi ayahku yang sudah mati

Penulis novel Indonesia ini tergolong masih muda, dan merupakan penulis yang langka dalam mengusung novel cerita bertema detektif. Hal ini sangat menarik karena dapat menambah variasi keberadaan tema novel detektif di saat novel romantisme dan pencintaan mendominasi jagad pernovelan di Indonesia. Narkotika, mafia, konspirasi, dan dendam, itulah tema sentral dalam novel Metropolis karya Windry Ramadhina, penulis muda yang novel perdananya “Orange” masuk dalam longlist Khatulistiwa Literray Award 2008 untuk kategori Penulis Muda Berbakat. Berbeda dengan novel Orange yang bergenre metropop, Metropolis merupakan novel thriller detektif yang menarik untuk disimak karena genre ini masih termasuk jarang digarap oleh penulis-penulis kita.


 Gambar cover novel metropolis Karya Windry Ramadhina

Dalam Metropolis dikisahkan bagaimana Augusta Bram, salah seorang anggota Satuan Reserse Narkotika Polda Metro Jaya mengungkap sebuah pembunuhan berantai yang menimpa para pemimpin sindikat mafia narkotika Indonesia. Selain karena tugas, Bram juga terobsesi untuk mengangai kasus ini karena ia menyimpan dendam pribadi karena keluarganya pernah berusan dengan masalah ini. Ayahnya yang pecandu narkoba tewas dibunuh oleh para pengedar narkoba karena tak sanggup membayar hutang-hutangnya.

Kisah dalam novel ini diawali dengan adegan pemakaman Leo Saada, salah seorang pemimpin mafia dari sindikat 12 yang menguasai bisnis narkotika terbesar dan merupakan momok bagi polisi-polisi Sat Reserese Narkotika karena selama lima tahun ini polisi tak memiliki cukup bukti untuk menyeret seluruh anggota sindikat 12 ke terali besi. Polisi berasumsi bahwa kematian Leo Saada karena kecelakaan mobil, bukanlah murni kecelakaan karena tim forensik berhasil menemukan beberapa peluru di lokasi kejadian.

Polisi juga menduga ada motif persaingan antar geng dalam kematian Leo Saada karena dalam satu tahun kebelakang sebelum peristiwa ini ada 6 orang pemimpin geng yang tergabung dalam sindikat 12 tewas dalam berbagai cara. Untuk itu Bram dan asistennya Eric, berusaha untuk membongkar dan menangkap siapa pelaku pembunuhan berantai itu.

Ternyata tak hanya Bram yang tertarik dalam kasus ini, Miaa, seorang wanita mantan polisi secara diam-diam mengamati kasus ini. Berkat kejelian Bram, keberadaan Miaa disetiap lokasi peristiwa pembunuhan pimpin sindikat 12 diketahui. Awalnya Bram menaruh curiga kalau Miia terlibat dalam kasus ini, namun akhirnya terkuak apa motifasi Miaa yang sesungguhnya.

Tak mudah mengungkap siapa pelaku dan apa motif dibalik peristiwa pembunuhan berantai ini. Ketika Bram harus memutar otak untuk memecahkan teka-teki kasus ini dengan sedikit bukti yang dia miliki, pembunuhan demi pembunuhan itu terus terjadi. Walau semua pemimpin geng telah meningkatkan kewaspadaannya dan Bram telah memperingatkan mereka, namun pembunuhan terus terjadi. Bram harus bergerak cepat menangkap pelakunya sebelum semua pemimpin sindikat 12 tewas.

Walau novel ini merupakan novel thriller detektif, namun pada pertengahan paruh pertama novel ini siapa pelaku dan apa motif pembunuhan berantai terhadap pemimpin sindikat 12 telah terang benderang diungkapkan oleh penulisnya. Tampaknya penulis sengaja membeberkan motif dan jati diri si pelaku, alih-alih menyimpan rapat siapa pelaku dan motif pembunuhan berantai dengan sasaran para pemimpin sindikat, penulis tampaknya lebih memilih menyajikan teka-teki dan berbagai kejutan dengan munculnya tokoh –tokoh yang memiliki keterkaitan dengan kasus ini. Dengan demikian walau pembaca sudah mengetahui apa motif dan siapa pelakunya, keasyikan pembaca untuk menuntaskan novel ini tak akan terganggu karena meraka tak akan bisa menduga akan kejutan-kejutan yang diberikan penulis hingga lembar-lembar terakhir novel ini.

Walau secara umum novel ini menarik untuk dibaca, namun ada beberapa hal yang tampaknya perlu diekplorasi lagi agar semakin menarik, antara lain kurangnya pendalaman karakter tokoh-tokohnya. Contohnya untuk tokoh utamanya Bram. Masa lalu Bram yang kelam bersama ayahnya hanya dibahas secara singkat saja sehingga tak tereksplorasi dengan baik, padahal jika digali lebih dalam lagi maka novel ini akan semakin menarik. Bukankah di bawah judul novel ini tercantum kalimat “ Demi ayahku yang sudah mati…”. Namun mungkin soal kedalaman karakter dalam novel ini adalah pilihan penulis yang lebih mengutamakan plot cerita dan unsur teka-teki dibanding mengupas habis karakter2-karakter tokoh-tokohnya secara lebih mendalam, dan hal ini sah-sah saja.

Dalam hal mengungkap hubungan antara atasan dan bawahan dalam struktur kepolisian saya rasa, penulis telah terjebak dalam pandangan umum yang diciptakan oleh film-film detektif dimana atasan tak mendukung bawahannya sehingga terjadi clash dan diminta mundur dari kasus yang ditanganinya, dll. Tentunya tak harus seperti itu, ada banyak hal yang mungkin bisa digali untuk soal hubungan antara atasan dan bawahan, jadi untuk membuat sebuah kisah lebih tentu tak selalu harus mengikuti ‘pakem’ film-film detektif pada umumnya.

Kemudian dalam hal seluk beluk dunia mafia narkotika Indonesia, saya rasa kalau saja penulis lebih berani mengupasnya tentu akan lebih menarik. Dalam novel ini intrik-intrik dan cara kerja sindikat 12 hanya terungkap secara garis besar dan apa yang diungkap oleh penulisnya tampak sudah menjadi rahasia umum yang diketahui oleh banyak orang . Selain itu dampak sosial terhadap perilaku para mafia narkotika dalam novel ini juga tak terungkap dengan jelas. Andai saja penulis lebih berani mengungkap sisi-sisi gelap dunia mafia tanah air yang belum banyak diketahui orang dan menyertakan dampak-dampak sosial yang mungkin dirasakan akibat perilaku mereka tentunya novel ini akan jadi novel yang menggegerkan, monumental. Tentunya untuk mengungkap itu semua perlu riset yang lebih dalam lagi dan keberanian untuk mempublikasikannya.

Namun terlepas dari semua hal di atas, apa yang disajikan oleh penulis dalam Metropolis tetaplah menarik dan menghibur. Walau karakter-karakter tokohnya tak diulas secara mendalam namun tetaplah menarik karena penulis tak menghadirkan tokoh-tokoh yang sempurna termasuk tokoh protagonis dalam novel ini. Semua serba abu-abu, ada unsur baik ada pula unsur jahatnya, demikian pula untuk tokoh-tokoh jahat dalam novel ini sehingga semua tokoh terlihat sangat manusiawi.

Selain itu novel ini juga menghadirkan narasinya yang enak dibaca, plot yang cepat, deskripsi yang filmis, dan kejutan-kejutan di sepanjang novel yang akan memacu rasa kepenasaran pembacanya untuk terus membaca novel ini hingga tuntas. Tema persaingan bisnis ilegal narkotika, konspirasi, kisah cinta, dan balas dendam antar geng tentu akan mengingatkan kita pada novel Godfather – Mario Puzo. Jadi mungkin bisa dikatakan inilah Godfather rasa lokal walau rasanya tak pada tempatnya membandingkan Metropolis dengan Godfather.

Walau ending novel ini bisa dikatakan tuntas dan tak menggantung, namun masih ada celah yang bisa dijadikan bahan untuk membuat sekuel dari novel ini. Jika memang itu pilihan penulisnya untuk melanjutkan cerita ini, dan Windry terus konsisten untuk menulis dalam genre ini, bukan tak mungkin ia akan jadi penulis handal dalam genre thriller detektif yang hingga kini masih sedikit digarap oleh penulis-penulis kita.





Novel Metropolis karya Windry Ramadhina merupakan novel yang memiliki pelukisan mengenai tokoh cerita yang baik dan jelas baik lahir maupun batin hal ini terlihat pada gambaran visual dan psikis tokoh yang tergambar secara jelas. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh beberapa tokoh seni tentang Novel Metropolis karya Windry Ramadhina ini. Ayu Utami, salah satu Komite sastra DKJ periode 2006-2009, mengatakan bahwa “Novel Metropolis ini memiliki karakterisasi tokoh yang jelas serta ditampilkan dalam sebuah cerita menarik”. Menurut Sedangkan Garin Nugroho, seorang sineas mengatakan, “cerita Metropolis ini memiliki penggambaran tokoh yang kuat serta sangat layak untuk diangkat ke layar lebar suatu hari nanti. Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh dalam novel ini sangat tergambar jelas di angan-angan kita.”

Demikian sedikit sinopsis dari novel Metropolis yang mengusung cerita detektif, mafia dan pembunuhan yang layak untuk di koleksi oleh para pecinta novel di Indonesia. Maju Terus Sastra Indonesia. (KT)

Wednesday, May 7, 2014

Manusia dan Kebudayaan




Manusia merupakan makhluk yang unik. Mereka telah diciptakan dengan kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain yaitu akal mereka. Dengan akal, mereka dapat melakukan berbagai macam hal mulai dari menciptakan sesuatu, menyimpulkan perkataan, dan berhubungan sosial.

Jika kita berbicara tentang akal dan kemampuan manusia yang sangat menakjubkan, pasti kita akan berpikir mengenai banyak pengaruh yang ditimbulkan oleh dua hal ini dalam kehidupan sosial misalnya terbentuknya suatu pola-pola hidup dalam diri manusia.

Apakah pola-pola hidup dalam diri manusia itu? Pola hidup dalam diri manusia merupakan berbagai macam cara pandang yang digunakan sebagai cara bersikap mereka dalam kehidupan sehari-hari dan biasanya akan terus berulang karena hal dianggap sebagai suatu kebenaran dan terbawa dalam bersosialisasi.

Sifat manusia yang merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu membutuhkan manusia lain akan sangat berpengaruh dalam membentuk pola hidup manusia karena karena seperti kita ketahui bahwa sosialisasi manusia dapat bertukar pikiran. Dengan sosialisasi manusia dapat memperoleh apa yang diinginkan. Dengan sosialisasi kita dapat mengetahui apa yang dibutuhkan oleh seseorang dan masih banyak lagi.

Setelah melakukan proses sosialisasi manusia terkadang akan menganggap benar apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya, kemudian saling mendukung dan berusaha untuk menyatu dan berbaur. Jika hal ini dilakukan oleh banyak angota masyarakat pasti akan terjadi suatu kesamaan cara pandang yang menimbulkan adanya kelompok yang biasa disebut komunitas.

Komunitas dalam aksi sosial biasanya akan membentuk aturan-aturan yang sesuai dalam komunitas tersebut. Manusia sebagai makhluk pemikir pasti ingin menciptakan suatu bentuk lingkungan yang sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Karena itu mereka akan membentuk suatu kesatuan fakir dalam komunitas tersebut yang harus dijalankan oleh anggota komunitas yaitu budaya.

Budaya berarti mendayakan budi atau fikiran yang dianggap mampu memperbaiki maupun menciptakan hidup yang berkualitas dan lebih teratur. Kebudayaan merupakan hasil dari bentukan budaya yang telah diterapkan.

Kebudayaan manusia di dunia ini sangat beragam, kita tidak dapat menjamin dalam satu daerah terdapat budaya yang sama, karena budaya akan menjadi suatu kebudayaan bila sudah bener-benar dipatuhi oleh komunitas dan biasanya komunitas manusia yang satu dengan lainnya tidak akan berbaur dalam waktu yang singkat. Kebudayaan di daerah pegunungan dan aliran sungai atau pantai misalnya pasti akan sangat nampak perbedaannya.

Kebudayaan dengan manusia sangat erat hubungannya, maka dari itu norma adalah salah satu hal yang menyusun kebudayaan tersebut ataupun sebaliknya. Jadi bias dibilang norma adalah akar dari suatu kebudayaan. Norma agama misalnya, di Indonesia diatur agar kita menjalankan perintah Tuhan sesuai dengan agama yang dianut oleh kaumnya. Jadi kaum pemeluk agama ini akan beribadah dengan cara dan menurut aturan agamanya sendiri. Misalnya agama Hindu beribadah dengan menaruh dupa, sesaji, bunga tujuh rupa juga pakaian yang sesuai dengan ibadahnya. Orang Islam menggunakan peci, mukena, sajadah dan perlengkapan ibadah mereka. Itu semua pasti bersifat kontinen karena mereka memiliki aturan yang sudah dianut dan dianggap benar dalam kitab-kitab aturan mereka.

Dilihat dari norma yang lain. Misalnya norma kesopanan yang diterapkan oleh tiap kelompok masyarakat pasti akan berbeda. Di sekitar kita, jika kita memperhatikan anggota keluarga tetangga kita akan menciptakan aturan kesopanan tersendiri dalam rumahnya (berbeda saat mereka bergaul di luar) yang biasanya dipengaruhi oleh pendidikan formal maupun informal yang mereka dapat.

Manusia benar-benar makhluk yang hebat bahkan sebelum mereka mengenal aksara, mereka sudah dapat menciptakan kebudayaan mereka. Manusia pada zaman dahulu kala dapat membentuk pola hidup sosial dalam komunitas mereka yang dipengaruhi suatu factor yaitu iklim. Manusia pada zaman dahulu membudayakan untuk berburu dengan pakaian yang sesuai dengan iklim pada masa itu.

Jika dilihat sepintas, kebudayaan hamper sama dengan kebiasaan. Lalu apa perbedaannya? Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kebudayaan cakupannya lebih luas daripada kebiasaan-kebiasaan bisa timbul dalam diri manusia dimana manusia tersebut menganggap benar suatu kelakukan dan ia berusaha untuk melakukan hal tersebut secara berulang-ulang. Jika kebudayaan adalah suatu hal yang dianggap benar oleh suatu komunitas yang tersusun oleh beberapa manusia yang memiliki kesatuan pemikiran yang dianggap benar dan mencoba untuk menerapkan aturan komunitasnya sendiri dengan sifat kontinu. Jadi perbedaannya terletak pada subjek di dalamnya. Kebiasaan dilakukan oleh satu orang misalnya anak yang berangkat sekolah, makan pada jam 1 siang dll. Tiap orang pasti memiliki pola yang berbeda.

Kebudayaan adalah hal yang sangat nyata dan dimiliki oleh semua komunitas manusia di dunia ini. Kebudayaan adalah hal yang sangat penting karena menjadi suatu keunikan dan identitas suatu komunitas manusia tertentu.



Apakah Kita dapat Mengubah Kebudayaan?

Seperti yang kita ketahui, manusia selalu mengalami perkembangan dalam berfikir setiap harinya. Kecepatan informasi dari teknologi membuat budaya antar komunitas manusia mengalami pembauran. Budaya dengan kualitas anggota komunitas yang lemah, pasti akan tertindas oleh komunitas yang kuat seperti halnya homo homini lupus.

Jika kita lihat sekarang ini, Jepang, Korea, Amerika dan Negara maju lainnya gencar memberi serangan promosi budaya, yang sangat kuat lewat film dan lagu. Bentuk nyata upaya penyuntikan budaya di Negara lain. Banyak orang yang secara sadar dan tidak sadar sudah mengikutinya. Trend cara berpakaian, anak-anak muda yang sangat mencintai lagu west dan ada lagi yang lebih gila yaitu adalah adopsi anak dari Negara berkembang ke Negara maju. Semisal kasus meledaknya penjualan anak dari India dan Cina ke Amerika yang beralasan untuk menciptakan perdamaian yang sesungguhnya dengan penyatuan kebudayaan dan pola pikir.

Nah, pasti kini kita sudah dapat menyimpulkan bahwa kebudayaan akan dapat berubah. Sifat manusia adalah ingin tahu. Selalu mencari hal yang lebih nyaman dari sebelumnya, lebih hebat dari sebelumnya.

Jelas sekali kuatnya budaya dari komunitas yang lebih maju bisa mengikis budaya dari komunitas yang kurang maju.

Mungkin tidak semua kebudayaan komunitas yang kurang dominan hilang dalam waktu dekat tapi jika mereka tidak membentengi diri, pasti budaya tersebut akan hilang karena adanya bauran budaya dalam sosialisasi. Sekarang tinggal kita yang harus memilah-milah kebudayaan yang baik bagi kita dan yang tidak sesuai dengan bangsa kita, karena tidak semua kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan kita (KT).

Monday, May 5, 2014

Novel Remaja: My Love Is Big Wrong



Aisyifa Nur Laila adalah namaku. Leganya hatiku bisa terbebas dari penjara yang bernama pesantren. Semua kulaui dengan damai dan tentram. Duniaku seakan lebih indah. Ya kini aku tinggal di Jawa Tengah bersama nenek yang memanjakanku. Tempat yang begitu indah dan sejuk. Hingga suatu saat aku harus mengalami peristiwa yang ta’ tau harus dibilang baik atau buruk untukku, mencintai kakak keponakanku. Mungkinkah kami dapat bersama ataukah berpisah? Penasaran? Simak terus ceritanya ya…







A
khirnya!
Aku menyeret kardus terakhir yang berisi buku-buku pelajaran. Setia Keringat yang mengalir deras di dahiku. Sejak tadi pagi aku telah sibuk membereskan dan memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lainnya. And now, aku merasa lebih lega. Suasana kamarku telah berubah lebih menyenangkan. Aku senang telah memilih nuansa biru muda untuk kamarku ini, terasa lebih sejuk dan menyenangkan. Tempat tidur meja rias, rak buku-buku…tapi sepertinya ada yang kurang. Aha! Dinding kamar , aku belum menghiasinya.
Sambil menghela nafas kuseret kardus yang berisikan kaligrafi-kaligrafi hasil karyaku. Kuambil kaligrafi yang bertuliskan “Bismillahirrohma nirrohim”, kaligrafi yang menjadi favoritku, yang membuatku menjadi juara 1 dalam lomba kaligrafi yang cukup bergengsi. Mengingatnya membuatku tersenyum bangga.
Asyifa Nur laila, itulah nama yang diberikan orang tuaku. Baru 2 hari ini aku menempati kamar ini, ya..di rumah nenekku. Sebelumnya aku tinggal bersama orang tuaku. Abi adalah seorang ketua di sebuah pesantren sedangkan Umi adalah ustadzah di pesantren tersebut. Jadi tak heran kalau mereka disiplin sekali dalam masalah agama, bahkan  terlalu berlebihan menurutku. Terkadang aku bosan dengan agama. Pernah dulu aku mencoba melawan, alhasil aku diceramahi, di dahlih selama berjam-jam dan akhirnya dikurung di gudang.
Huh!
But now I’am here. Di rumah nenek yang akau sayangi.
“Syifa? tiba-tiba nenek memasuki kamarku dan mengacaukan lamunanku.
“I…iya nek, ada apa?”
“Kok malah ngelamun, nenek dah siapin makanan kesukaanmu. Ayo makan dulu!”
“Ntar dulu nek, nunggu selesai beres-beres”
“Ya udah, nenek mau ke kebun nyusul kakekmu.” My grandma berangkat menyusul sang suami dengan membawa rantang makanan, yang aku pastikan isinya adalah nasi dan lauk. Hmm…so sweat, aku harap di masa tua nanti aku dan suamiku bisa seperti mereka. He..he..he…(masih lama pastinya).
Hari-hari ku lalui dengan santai , nggak sepadat dulu. Ya iyalah dulu hamper seluruh hari-hariku dipenuhi dengan mengaji. Sekarang, nggak ada ngaji, tapi untuk sholat…I can’t forget! Ya emangsih, agak molor.
Karena aku pindah tempat tinggal, pastinya pindah sekolah juga dong. SMK Harapan Bangsa, karena dulu aku sekolah di SMK nerusinnya juga di SMK. Suasana  sekolah ini ga’ jauh beda sama sekolahku dulu. Hanya saja, disini lebih sejuk. Ya iya lah namanya juga di pegunungan, jadi banyak pohonnya. Untuk ke sekolah aku diantar jemput sama om ku yang bisa dibilang galak banget.
Di sekolah ini juga aku mendapat sahabat baru, Laras dan Haris. Mereka teman yang baik, pengertian, ramah, suka menolong (Hayyo! Yang namnya Laras dan Haris jangan besar kepala ya!!!) apalagi Laras, dia adalah satu-satunya tempat untuk mencurahkan semua problemku. Hingga suatu hari, Haris menyatakan suatu hal yang ngga’ ku sangka.
“Fa, sebenarnya aku suka dan saying sama kamu, maukah engkau menjadi orang yang special di di hidupku?”
Aku kaget setengah mati, bak tersambar petir yang begitu dahsyat. Gimana ngga’, orang yang selam ini aku anggap sebagai sahabat nyatain suka. Ck…ck…ck. Dengan ragu-ragu aku katakana.
“I’am Sorry, I can’t.”
Ragu-ragu bukan berarti aku suka sama dia, aku Cuma takut kalau dia tersinggung. Aku kan ga’  punya perasaan apapun ke dia, lagian aku juga tergolong masih kecil, belum cukup umur.
Mengalami hal tersebut, membuatku teringat dulu. Saat aku sedang berbincang-bincang sama salah satu anak pesantren (cowo’ pastinya). Tiba-tiba dia memanggil dan aku dimarahin abis-abisan. Na’as banget ya nasibku, padahal aku Cuma ngobrolin masalah sekolah.
Kembali ke sekarang, semenjak peristiwa penolakan itu, Haris selalu menghindar dari aku. Setiap ngeliat aku, dia selalu pergi menghindar. Sebenarnya aku ga’ pingin dia seperti ini, tapi kalau emang dia maran dan benci ma aku “whatever-lah, emamng gw pikirin.”
Sebulan sudah aku tinggal di rumah nenek dan 26 hari aku dan umat muslim lainnya menjalankan puasa. Bentar lagi lebaran dan semua anak cucu nenek datang. Benar juga, keesokan harinya pa’dhe Iman beserta anak istrinya datang. Mereka datang dengan membawa mobil yang penuh bawaan dan oleh-oleh. Alhasil, aku ikut membantu.
“Syifa, gimana kabarnya? Bener kamu tinggal di sini sekarang?” dengan logat sunda pa’dhe bertanya.
“Iya dhe. Alhamdulillah baik, pa’dhe sendiri?”
“Baik, Umi sama Abimu kapan ke sini?”
“Mungkin 2-3 hari lagi. Lho budhe Aminah ga’ bareng, tumben banget.”
“Iya, dia lagi ada pesenan roti banyak banget. Mungkin besok dia datang naik travel”
Diantara anak-anak kakek nenek, Pa’dhe Imanlah yang paling berhasil. Beliau menjadi PNS di bagian perpajakan. Perbincangan kami berlangsung hangat, banyak sekali yang kami bicarakan. Apalagi dengan mas Bagus, dia sepantaran denganku dan juga sekolah di SMK tapi beda jurusan. Tak terasa malam telah larut, jadi kami memutuskan untuk istirahat.
Keesokan harinya budhe Aminah datang bersama salah satu anaknya, “Mas Irsyad.”
“Selamat datang budhe” sapaku padanya.
“Hei! Irsyad bawa masuk semua barang-barangnya”
“Ya Umi”
“Mbak Erni ga’ ikut budhe?”
“Ngga’, ga’ punya ongkos, lagian dia lagi sibuk ngurusin kuliahnya.”
“O…gitu tho.”
Aku merasa aneh dan asing sekali dengan Mas Irsyad. Maklumlah 8 tahun kita ga’ ketemu. Banyak hal yang berubah darinya. Penampilannya tinggi, tambah putih.
“Mas, sekarang mas kelas berapa?”dengan logat Sunda.
“Aku, dah ga’ sekolah.”
“Bo’ong.”
“Ih beneran, kamu ma ga’ percayaan. Aku udah lulus”
“Mau nerusin kuliah ya”.
“Yup! Tahun depan.”
Ni orang, balik Tanya kek, masa dari tadi aku yang Tanya. Dia pikir dia artis, yang sellau diwawancarai sana-sini. Dasar sombong.
Pagi harinya, aku benar-benar bosan. Ga’ ada yang bisa aku ajak ngobrol. Coba ada ngak Erni, pasti aku ga’ kesepian. Semua orang pada sibuk ma urusan sendiri. Nenek, kakek, budhe, om dan anak-anak cowo’ malah keasyikan main PS, sedangkan mbak Alya masih SD kelas 1 pula. Aku heran kenapa mayoritas anak cowo’ suka main PS. Apa coba untungnya? Tambah kaya? Tambah ganteng? Atau tambah pinter? Ngga’ deh, justru Cuma menghabiskan waktu, tenaga plus uang.
“Irsyad! Main PS mulu dari tadi pagi sampek sekarang ga’ berhenti-berhenti.”
“Kan hiburan Umi, disini suasananya ngebosenin.”
“Umi ga’ perduli, matiin PSnya.” Lalu menuju dapur.
“apa liat-liat! Ga’ pernah liat orang ganteng.”
“PD banget, ganteng dar mana dari utan.”
Sahutku dengan penuh emosi. Seenaknya dia aja marah-marah ke aku. Dia piker siapa coba.
Selamat hari Lebaran, Minal aidin wal fa’idzin. Lebaran telah tiba, keluarga besar kami saling bermaaf-maafan. Saling memberi dan minta maaf. Termasuk akau. Tapi untuk minta maaf sama mas irsyad, NO WAY!!! Harusnya dia yang minta maaf, ya ngga’??
Sehari setelah lebaran, semua sanak famili kembali ke rumah. Leganya, aku bisa santai lagi dan tenang di rumah. Lho bukannya itu mas Irsyad. Budhe Aminah kan udah kembali ke Bogor. Untuk menghilangkan penasaranku aku bertanya pada nenek.
“Nek. Mas Irsyad kok belum balik ya?”
“Iya, Irsyad itu tinggal di sini sampai kuliahnya tiba.”
“O…gitu ya. Kalau gitu Syifa ke kamar ya.”
Apa! Irsyad tinggal di sini. Batal deh kata nyaman dan damai untuk rumah ini. Kenapa harus tinggal di sini sih. Rumah ini pasti kaya’ neraka deh.
“Fa, nenek minta tolong ya. Bawa kambing-kambing nenek ke lapangan dekat sungai.”
“Apa  nek, kenapa harus aku sih”
“Menurutku lakuain aja deh. Ga’ mau kan jadi cucu durhaka. Kalau aku pasti bakal lakuin.”
“Ya sudah kamu aja Syad. Kamu kan laki-laki lebih pantas.”
“Ga’ nek, kan tadi nenek nyuruf Syifa.”
“Ih…bener kata nenek, kamu lebih pastes.”
“Udah! Kalian apa-apaan malah berantem. Kalian berdua menggembala, jangan berantem. Pokoknya nenek ga’ mau tau.”
Kami pun menuju lapangan yang nenek maksud. Tempat ini cukup iindah dan sejuk. Hawa dingin masih menerobos kulitku. Maklumlah tadi pagi baru hujan. Rumput-rumput yang hijau tumbuh dengan subur sedikit basah sisa hujan kemarin. Pas sekali untuk menggembalakan ternak penduduk kampong. Aku duduk di salah satu pohon yang bisa dibilang rindang bersama mas Irsyad. Tiba-tiba salah satu kambing lepas dan berlari. Kami langsung mengejarnya. Hingga mas Irsyad jatuh di salah satu kubangan Lumpur.
“Huaua hahahaha ga’ apa pa mas.”
“Diam! Cepet kejar kambingnya.”
“Iya iya…huh dasar kambing jelek. Nyusahin aja, sini kamu, awas kalau ketangkap!”
“Kalau gitu caranya, kambingnya malah takut. Kambing…tolong bantuin kita ya, jangan lari-lari, ayo sini.”
Benar saja, ta’ lama kemudian kambing itu menjadi jinak dan kembali makan rumput.”
“Lain kali, jangan marah-marah sama kambing yang lagi ngamuk.”
“Ya, dasar pawing kambing.”
“Dibilangin malah ngatain, dasar nenek sihir.”
“Dasar pawing kambing yang saying banget sama kambingnya, sampai-sampai mirip sama kambing. Liat aja badannya kotor, mukanya cemong-cemong…hih!!”
‘Oh! Ni ta’ kasih, masih kurang karma aku baik aku tambahin.” Mas Irsyad melururiku dengan Lumpur.
“Apa pa’an sih kotor kan. Kamu tau ga’ rumah nenek ngga’ ada air. Bersihin dimana coba!”
“Ha…haha, impas kan. Kalau mau bersiin di sungai tu.”
“Nggak bakalan! Kamu aja sana.”
“Emang aku mau ke sungai, daripada badanku kotor.”
Terpaksa aku ikut bersihin badan di sungai. Aku balas Irsyad dengan menyembunyikan bajunya. Ternyata aku ketahuan. Langsung saja dia menarikku dan mendorongku ke sungai. Aku langsung marah-marah ke dia. Hampir saja aku mati ngga’ bisa nafas. Akhirnya kami saling menyiratkkan air.
Saat pulang sekolah, om belum juga menjemput. Padahal hari sudah sore. Kulihat  sosok yang mirip dengan Irsyad. Tapi itu kan ga’ mungkin. Ngapain dia di sini. Setelah dekat, memang benar dia Irsyad.
“Ngapain mas disini?, jangan bilang mas jemput aku.”
“Maaf ya mbak, om lagi ada tamu penting. Jadi terpaksa aku jemput kamu. Kalau memang kamu jalan kaki sejauh 8 km terserah.”
“Iya ya aku ikut. Tapi jujur aku sama skali ga’ suka di bonceng ama kamu. Ini semua karena langit mendung. Kalau ngga’, aku milih jalan kaki.”
Benar saja, hujan turun dengan lebatnya. Kami terus menerjang tetes-tetes air ang menjadi do’a penduduk. Tiba-tiba motor kami mogok. Dengan kondisi basah kuyub kami menuju warung kecil di dekat tambal ban tersebut. Aku kedinginan sekali, hingga badanku menggigil. Mengetahui hal tersebut Irsyad memberikan jaket dan memesankan the hangat.
Sampai di rumah, tak kulihat satu oragpun. Kepalaku terasa pusing. Telingaku mendenging. Aku tak dapat bereaksi walaupun dapat mendengar seseorang memanggilku. Rasanya semua gelap, suram. Duniaku menghitam dalam sekejap.
Aku terbangun mendapati terbaring di tempat tidur. Ku lihat wajah mas Irsyad yang tampak kawatir dan merasa bersalah. Ku cium aroma minyak kayu putih di hidungku.
“Kamu Ngga’ apa pa kan?”
“Yes, I’am alright. Don’t worry.”
“Tapi tadi kamu pingsan”
“Sekarang aku sudah baikan. Aku masak dulu ya, udah sore aku yakin mas belum makan. Iya kan?”
Aku menuju dapur dan mencari bahan-bahan yang mungkin bisa kumasak. Setelah selesai, salah satu kwali jatuh karena keteledoranku. Kepalaku terasa sakit dan ternyata benjol dan berdarah. Aku langsung berteriak dan Irsyad datang untuk menolong.
“ati-ati dong, dah aku bilang istirahat aja.”
“mas kawatir sama aku?”
Ya kawatir, kawatir sama kwalinya pecah kan. Coba kalau nenek tahu, bisa marah kan.”
Bodoh! Dalam hati aku mengutuk diriku. Ga’ mungkin mas Irsyad kawatir ma aku. Ke PD an banget. Tapi Irsyad baik juga, buktinya dia mau merawat aku. Tanpa sadar senyum kecil tersungging di bibirku.
“Lukanya udah bersih, sekarang ayo makan dulu. Ni aku suapin.”
“Apa an sih kaya anak kecil aja.”
“Udah makan aja.” Tak sengaja mangkuknya mengenai jidatku. Langsung saja kupukul kepala mas Irsyad.
“Aw…sakit tau, seenaknya mukul kepala orang.”
“Abis mas, jidat udah benjol, tadi abis pingsan, sekarang dijedotin ke mangkuk.” Matau mulai berkaca-kaca dan akhirnya cairan bening menetes dari sudut mataku.
“Tega banget sih, sakit tau…”
“Maaf ya aku ngga’ sengaja, kamu sendiri tau kan. Maafin ya!”
“Iya, tapi jangan diulangi..hu..hu..hu…hik…hik…hik…”
“Ya udah makan sendiri aja ya, abis itu tidur.”
Setelah kejadian itu aku selalu trbayang-bayang wajah mas Irsyad. Saat merawatku, dilapangan semua selalu menghantuiku. Wajahnya udah kaya setrikaan, mondar-mandir aja di pikiranku. Akhir-akhir ini aku juga salah tingkah di depan mas Irsyad. Jangankan ngobrol, ngliat matanya aja aku ga’ berani. Aduh…knapa aku jadi kaya’ gini sih, kenapa perasaanku aneh gini. Masa aku…ga’ dia kakaku. Mungkin itu pengaruh waktu kecil. Ya, dulu kami selalu bersama. Hingga aku suka dia. Tapi kenapa harus ke bawa sampai gede sih.
…Terukir indah raut wajahmu,
Dalam benakkuBerharap kau cinta terakhir
Dan hanya untukku
Terttulis indah puisi cinta dalam hatiku
Karna ku yakin kau memanglah pilihan hatiku
Pilihan hati Livina semakin membuat perasaanku memuncak, dan membat perasaanku tak karuan.
Suatu malam aku merasakan begitu haus dan tenggorokanku terasa kering. Melihat keadaan sekitar yang begitu gelap nyaliku menjadi ciut. Apalagi tadi pagi ada tetanggaku yang meninggal. Karena rasa haus yang sudah tak tertahankan lagi, ku coba untuk hempaskan rasa takutku. Ku telusuri lorong-lorong menuju dapur yang begitu gelap. Akhirnya sampai juga, ku tenggak segelas air yang cukup menyejukkan ini.
“Hw…belum sempat aku berteriak mulutku telah dibungkam seseorang.”
“Mas Irsyad! Ngapain malam-malam ngendap-ngendap udah kaya maling aja.”
“Jangan keras-keras, inget udah malem. Kamu pingin orang sekampung pada bangun, dasar penakut.”
“Apa?”
“Penakut, iya kan kamu tadi ketakutan. Pake’ bilang aku maling segala.”
“Siapa bilang, so’ tau banget!”
“Sini ikut aku.”
“Mau ngapain?” Ku ikuti mas Irsyad yang menuju belakang rumah.”
“Diam, liat di atas ada apaan?”
“Se..setan ya?” jangan bercanda deh mas.”
“Ih suruh liat malah ngomongin setan.”
“Ya ya.. ada bintang.”
“Indah baget ya. Bagi intan yang bertaburan.”
“Ya sih mas, tapi bau banget. Kenapa harus di deket kandang sih, kaya ga’ ada tempat lain aja.”
“Biar sapi-sapi dan kambing menjadi saksi…”
“Ko’ sapi sih! Mas ga’ bisa manfaatin moment banget, ada bintang, bulan kenapa ga’ pakek mereka aja sih.”
“Dengerin ngapa? Sapi sama kambing itu paling deket ma kita. Kalau pakek bulan bintang kan jauh, sapid an kambingnya marah gimana?”
Aku hanya terheran-heran mendengar pernyataan yang begitu nonsen itu.
“Ini kan masih dalam suasana lebaran, aku minta maaf kalau ada salah.”
“Cuma itu? Aku maafin aku juga minta maaf ya.” ku pergi meninggalkan kakaku.
“Tunggu…Sya aku suka kamu.”
Pernyataan yang sanggup membuat jantungku meledak. Ya Tuhan kenapa aku seneng banget. Walaupun di dukung dengan suasana yang ga’ romantis, disaksikan sapid an kambing nenek. Setan apa yang berhasil meracuni kami hingga terperagkap dalam cinta seperti ini Kulupakan bahwa aku dan mas Irsyad adalah saudara. Namun aku juga suka sama mas Irsyad. Akhirnya kami pacaran walaupun tanpa sepengetahuan keluarga. Aku merasa bahagia sekali, walaupun ta’ tau apa yang akan terjadi di masa mendatang.
Delapan bulan sudah kami berpacaran. Canda tawa selalu menghiasi lembaran-lembaran kami. Hingga suatu hari kakek dan nenek mengetahui semua. Aku sangat takut dimarahi, tapi aku takut kalau harus berpisah dengan mas Irsyad. Benar saja nenek dan kakek menyuruh orang tuaku dan mas Irsyad kemari. Mereka membicarakan jalan keluar masalah kami. Akhirnya aku dikembalikan ke sekolahku yang dulu. Bersama aktifitas pesantren. Sedangkan Irsyad kembali ke Bogor untuk mengurus paspor ke Singapura. Dia akan kuliah di sana, meninggalkanku bersama dengan bayanganku.
Setahun kujalani dengan sendiri. Seulas senyum getir terukir. Ingatanku selalu berujung pada Irsyad. Oh Tuhan, apa ini jalan yang kau berikan, mencintai orang yang menjadi saudaraku. Aku akan berusaha menghapus semua kenangan bersama Irsyad. Walauku tak tau kapan itu terjadi.

SELESAI

Sunday, May 4, 2014

CONTOH PTK OLAH RAGA

Bagi rekan-rekan guru terutama guru olah raga, biasanya agak kesulitan dalam menentukan judul PTK (Penelitian Tindakan Kelas) untuk bidang studi olah raga. Saya akan memberikan contoh PTK olah raga kelas 4 SD untuk tinjauan bagi rekan-rekan guru atau mahasiswa untuk pembuatan PTK bagi kenaikan tingkat dan lain-lain.
Simak contoh judul PTK dan abstraknya berikut :



KARYA TULIS ILMIAH

 LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS


PENERAPAN METODE DRILL (LATIHAN SIAP) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH PERMAINAN BOLA VOLI PADA SISWA KELAS IV SD ........................ TAHUN PELAJARAN....................

Disusun Dalam Rangka
Pengembangan Profesional Keguruan

LOGO

Oleh :
............................................
NIP. .................................




SEKOLAH DASAR ..........................
KECAMATAN ................. KABUPATEN ..............
TAHUN ..........



ABSTRAK

(Nama)................... , (Tahun)........... Penerapan Metode Drill (Latihan Siap) Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Servis Bawah Permainan Bola Voli Pada Siswa Kelas IV SD .................. Tahun Pelajaran ..............

Kata kunci : Metode Drill, Servis Bawah dan Bola Voli

            Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan Hasil Belajar Servis Bawah Permainan Bola Voli melalui Penerapan Metode Drill pada siswa kelas 4 SD .................., tahun ajaran ...................
            Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD .................., tahun ajaran .................. yang berjumlah 27 siswa.
Pada penelitian ini, penelitian kasus dilakukan dengan mengamati siswa yang memiliki hasil belajar yang berbeda, yaitu siswa yang memiliki hasil belajar tinggi, sedang, dan hasil belajar yang rendah dalam peningkatan kemampuan servis bawah permainan bola voli. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD .................., tahun ajaran ...................
Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah pengamatan atau observasi dan wawancara. Pengamatan dan observasi dalam penelitian ini adalah dengan cara melakukan pengamatan terhadap siswa selama proses pelatihan. Pengamatan atau observasi lapangan dilakukan pada siswa kelas 4 SD .................., tahun ajaran ................... Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada siswa dan guru penjas kelas 4 SD .................., tahun ajaran ...................
Berdasarkan hasil peningkatan kemampuan servis bawah permainan bola voli siswa kelas 4 SD .................., tahun ajaran .................. yang berjumlah .................. siswa. dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) setelah di berikan bimbingan, siswa dalam servis bawah permainan bola voli  mengalami peningkatan yang cukup baik, terlihat pada perbedaan yang terdapat pada siklus I dan II, dengan memberikan penekanan dalam latihan akan membantu siswa untuk lebih cepat menguasai kemampuan servis bawah permainan bola voli dan adanya peningkatan pembelajaran servis bawah permainan bola voli di kelas 4 SD .................., tahun ajaran .................. yaitu terjadi peningkatan kualitas keaktifan siswa dari 57% pada siklus 1 meningkat menjadi 80% pada siklus 2. Hasil rata-rata nilai hasil servis bawah permainan bola voli siswa juga meningkat dari sebesar 64,67 pada siklus 1 dan meningkat menjadi 70,37 pada siklus 2. Tindakan penerapan penggunaan metode drill pada pembelajaran teknik dasar servis bawah telah terbukti dapat berhasil mencapai indicator keberhasilan tindakan pada siklus 2.

Sekian contoh PTK dari saya semoga dapat menjadikan tambahan ide dan inspirasi anda dalam berkarya membuat sebuah karya ilmiah Penelitian Tindakan Kelas. Salam dari kami (KT).

Tuesday, July 9, 2013

SEKILAS SEJARAH PORBIKAWA KARATE –DO INDONESIA



“PORBIKAWA”
( Persatuan Olah Raga Bela Diri Istikawa)

Didirikan oleh murid tunggal master Joshin Istikawa. Yaitu Tan Sing Tjay Soetikno. Pada tahun 1963 sejak berkembangnya pesatnya di tahun 1963 maka “Istikawa” JIU JITSU CLUB” tersebut diubah namanya untuk menyesuaikan dengan isinya yang ada saat itu maka maka dinamailah “PORBIKAWA” dari singkatan Persatuan Olahraga Beladiri Istikawa adalah pencatukan nama gurunya dengan mengingat jasa jasanya yang pernah menganjurkan agar Soetikno belajar teknik bela diri yang lain. Selain JIU JITSU Soetikno lebih mendapat mendapatkan pandangan luas dalam bidang seni beladiri karena ilmu yang mana pun saja, pasti akan terus berkembang tanpa hentinya seirama dengan kemajuan zaman PORBIKAWA. Telah mengembangkan berbagai teknik bela diri baru yang disesuaikan dengan bangsa Indonesia. Misalnya dengan mengombinasikan teknik teknik dari bela diri lain kedalam silabusnya, dan menciptakan teknik teknik baru yang lebih sesuai dengan situasi pembelaan diri di Indonesia sehingga disebut sebagai perguruan yang indipenden dan tidak terikat. Dengan tradisi dari Negara asal JIU JITSU (Jepang) pada perkembangannya JIU JITSU PORBIKAWA beraviliasi dengan karate.


FILOSOFI KEHIDUPAN SANG GURU BESAR
** Tan Sing Tjay (Soetikno) Pendiri/Guru Besar Porbikawa Karate-Do Indonesia **
Soetikno mengatakan bahwa kini dirinya telah berusia 52 tahun, ia menyatakan daya ingatnya sudah mulai melemah, demikian pula dengan fisiknya, oleh karenanya ia kini lebih suka tinggal disebuah pedesaan dan hidup secara sederhana, bahkan ia tidak ingin dikenal oleh masyarakat karena keahliannya.

 

Materi Bela Diri “Porbikawa” Di Bagi Menjadi 2 Bagian
1.      Materi umum
Berisikan materi yang pada umumnya dimiliki oleh bela diri kebanyakan yaitu pukulan, tendangan, sikap, tangkisan, rangkaian gerak, teknik pemecahan benda keras, teknik jatuhan (Okemi) teknik perkelaian.
Teknik bela diri umum di ambil sepenuhnya dari materi original ISHIKAWA KARATE dengan kata lain materi bela diri umum sama dengan teknik karate pada umumnya
2.      Materi khusus
Berisi materi yang tidak di punyai oleh aliran beladiri lain terutama aliran “KARATE” kami menyebutnya dengan istilah “GREEP” atau teknik kuncian. Greep merupakan rangkaian gerak beladiri praktis yang sangat berbahaya bagi lawan. Greep merupakan gerakan yang di padu pada ke 5 beladiri yang sudah kami sebut di muka “JIU JITSU, SILAT TIONGKOK, JUDO PENCAK SILAT DAN KARATE SERTA TINJU”.
Dalam greep mengandung unsur bantingan, patahan tulang, totokan, perkelahian senjata, teknik bergumul kuncian dan perkehalian curian. Inti dari greep adalah bagaimana dengan sekali gerakan kita bisa langsung mengalahkan lawan. Tanpa banyak mengeluarkan banyak waktu dan tenaga.
Greep merupakan materi wajib bagi seorang anggota “PORBIKAWA” untuk di kuasai teknik greep bagi PORBIKAWA adalah teknik rahasia karena teknik bahaya yang di kandungnya.
Pada tahun 1972 “PORBIKAWA” mendapat undangan dari kongres PORKI (belum FORKI) di Jakarta dan telah hadir 24 aliran. Seni beladiri “KARATE” se Indonesia. Konggres itu telah berhasil membentuk suatu wadah besar bersama yakni Federasi Olah Raga Karate Indonesia (FORKI) dan menampung seluruh aspirasi aliran dan PORBIKAWA berubah menjadi PORBIKAWA KARATE-DO INDONESIA hingga sekarang ini (KT).

Sunday, July 7, 2013

Interpretasi Analisa Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2)

Bagi kalian yang bingung saat mengintepretasikan hasil analisa Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2), berikut saya sajikan contoh hasil analisa dari SPSS beserta intepretasinya :

Analisa ini didasarkan pada penelitian tentang pengaruh Motivasi siswa (X1) dan Disiplin Siswa (X2) terhadap Ketuntasan belajar Siswa (Y).

 


Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.937a
.878
.875
.168
a. Predictors: (Constant), Kedisiplinan Siswa, Motivasi Siswa
b. Dependent Variable: Ketuntasan Belajar
 


Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R (koefisien korelasi) sebesar 0.937. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antara motivasi siswa dan disiplin siswa terhadap ketuntasan belajar siswa.

Hal ini didasarkan oleh pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut.

0,00 – 0,199    = sangat rendah
0,20 – 0,399    = rendah
0,40 – 0,599    = sedang
0,60 – 0,799    = kuat
0,80 – 1,000    = sangat kuat (Sugiyono, 2007)

 Hasil analisis koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa prosentase sumbangan pengaruh variabel independent (motivasi siswa dan disiplin siswa) terhadap variabel dependen (ketuntasan belajar siswa) adalah sebesar 87,8%. Sedangkan sisanya sebesar 12,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan atau tidak dibahas dalam penelitian ini.


Sekian dulu pembahasan kali ini, sampai ketemu pada pembahasan berikutnya. Selamat mengerjakan karya ilmiah kalian… salam dari kami Kurnia Team (KT).

DUNIA TANPA UANG TUNAI

Dalam era digital ini kita bisa membeli barang-barang kebutuhan kita tanpa uang tunai, baik secara online via transfer ATM, kartu kred...