Dalam era digital ini kita bisa membeli
barang-barang kebutuhan kita tanpa uang tunai, baik secara online via transfer ATM,
kartu kredit, cek, dll. Tetapi kita masih butuh mengantri di BANK untuk reload
(menabung) dengan uang tunai. Tetapi bayangkan apabila suatu saat tidak ada
uang tunai / uang fisik sama sekali yang ada hanya e-money / uang electronic. Kita
hanya mengandalkan smartphone kita dalam membeli/membayar sesuatu, kita bekerja
dibayar melalui transfer e-money, kita makan di warung membayar pakai e-money,
tidak perlu uang receh untuk pengembalian uang karena kita bisa mengetik
nominal sampai satuan sekecil mungkin. Orang bepergian di negara mana saja memiliki
pembayaran yang sama saja yaitu e-money, tidak ada lagi kotak-kotak mata uang negara
ini negara itu jadi bersifat universal. Tetapi hal ini dapat terwujud dalam
catatan jika sudah tidak ada lagi orang tua yang gaptek atau yang tersisa
adalah generasi yang sudah mengerti teknologi smartphone. Inilah teknologi
bidang keuangan di masa depan hasil inspirasiku yang muncul saat mengantri lama
di BANK untuk menabung (KT).
Kurnia Team Blog
Mari Berbagi Ilmu Pengetahuan di Blog ini
Sunday, May 29, 2016
Thursday, October 23, 2014
Tentang Novel Metropolis : Demi ayahku yang sudah mati
Penulis novel Indonesia ini tergolong masih muda, dan merupakan penulis yang langka dalam mengusung novel cerita bertema detektif. Hal ini sangat menarik karena dapat menambah variasi keberadaan tema novel detektif di saat novel romantisme dan pencintaan mendominasi jagad pernovelan di Indonesia. Narkotika, mafia, konspirasi, dan dendam, itulah tema sentral dalam
novel Metropolis karya Windry Ramadhina, penulis muda yang novel
perdananya “Orange” masuk dalam
longlist Khatulistiwa Literray Award 2008 untuk kategori Penulis Muda
Berbakat. Berbeda dengan novel Orange yang bergenre metropop, Metropolis
merupakan novel thriller detektif yang menarik untuk disimak karena
genre ini masih termasuk jarang digarap oleh penulis-penulis kita.
Dalam
Metropolis dikisahkan bagaimana Augusta Bram, salah seorang anggota
Satuan Reserse Narkotika Polda Metro Jaya mengungkap sebuah pembunuhan
berantai yang menimpa para pemimpin sindikat mafia narkotika Indonesia.
Selain karena tugas, Bram juga terobsesi untuk mengangai kasus ini
karena ia menyimpan dendam pribadi karena keluarganya pernah berusan
dengan masalah ini. Ayahnya yang pecandu narkoba tewas dibunuh oleh para
pengedar narkoba karena tak sanggup membayar hutang-hutangnya.
Kisah dalam novel ini diawali dengan adegan pemakaman Leo Saada, salah seorang pemimpin mafia dari sindikat 12 yang menguasai bisnis narkotika terbesar dan merupakan momok bagi polisi-polisi Sat Reserese Narkotika karena selama lima tahun ini polisi tak memiliki cukup bukti untuk menyeret seluruh anggota sindikat 12 ke terali besi. Polisi berasumsi bahwa kematian Leo Saada karena kecelakaan mobil, bukanlah murni kecelakaan karena tim forensik berhasil menemukan beberapa peluru di lokasi kejadian.
Polisi juga menduga ada motif persaingan antar geng dalam kematian Leo Saada karena dalam satu tahun kebelakang sebelum peristiwa ini ada 6 orang pemimpin geng yang tergabung dalam sindikat 12 tewas dalam berbagai cara. Untuk itu Bram dan asistennya Eric, berusaha untuk membongkar dan menangkap siapa pelaku pembunuhan berantai itu.
Ternyata tak hanya Bram yang tertarik dalam kasus ini, Miaa, seorang wanita mantan polisi secara diam-diam mengamati kasus ini. Berkat kejelian Bram, keberadaan Miaa disetiap lokasi peristiwa pembunuhan pimpin sindikat 12 diketahui. Awalnya Bram menaruh curiga kalau Miia terlibat dalam kasus ini, namun akhirnya terkuak apa motifasi Miaa yang sesungguhnya.
Tak mudah mengungkap siapa pelaku dan apa motif dibalik peristiwa pembunuhan berantai ini. Ketika Bram harus memutar otak untuk memecahkan teka-teki kasus ini dengan sedikit bukti yang dia miliki, pembunuhan demi pembunuhan itu terus terjadi. Walau semua pemimpin geng telah meningkatkan kewaspadaannya dan Bram telah memperingatkan mereka, namun pembunuhan terus terjadi. Bram harus bergerak cepat menangkap pelakunya sebelum semua pemimpin sindikat 12 tewas.
Walau novel ini merupakan novel thriller detektif, namun pada pertengahan paruh pertama novel ini siapa pelaku dan apa motif pembunuhan berantai terhadap pemimpin sindikat 12 telah terang benderang diungkapkan oleh penulisnya. Tampaknya penulis sengaja membeberkan motif dan jati diri si pelaku, alih-alih menyimpan rapat siapa pelaku dan motif pembunuhan berantai dengan sasaran para pemimpin sindikat, penulis tampaknya lebih memilih menyajikan teka-teki dan berbagai kejutan dengan munculnya tokoh –tokoh yang memiliki keterkaitan dengan kasus ini. Dengan demikian walau pembaca sudah mengetahui apa motif dan siapa pelakunya, keasyikan pembaca untuk menuntaskan novel ini tak akan terganggu karena meraka tak akan bisa menduga akan kejutan-kejutan yang diberikan penulis hingga lembar-lembar terakhir novel ini.
Walau secara umum novel ini menarik untuk dibaca, namun ada beberapa hal yang tampaknya perlu diekplorasi lagi agar semakin menarik, antara lain kurangnya pendalaman karakter tokoh-tokohnya. Contohnya untuk tokoh utamanya Bram. Masa lalu Bram yang kelam bersama ayahnya hanya dibahas secara singkat saja sehingga tak tereksplorasi dengan baik, padahal jika digali lebih dalam lagi maka novel ini akan semakin menarik. Bukankah di bawah judul novel ini tercantum kalimat “ Demi ayahku yang sudah mati…”. Namun mungkin soal kedalaman karakter dalam novel ini adalah pilihan penulis yang lebih mengutamakan plot cerita dan unsur teka-teki dibanding mengupas habis karakter2-karakter tokoh-tokohnya secara lebih mendalam, dan hal ini sah-sah saja.
Dalam hal mengungkap hubungan antara atasan dan bawahan dalam struktur kepolisian saya rasa, penulis telah terjebak dalam pandangan umum yang diciptakan oleh film-film detektif dimana atasan tak mendukung bawahannya sehingga terjadi clash dan diminta mundur dari kasus yang ditanganinya, dll. Tentunya tak harus seperti itu, ada banyak hal yang mungkin bisa digali untuk soal hubungan antara atasan dan bawahan, jadi untuk membuat sebuah kisah lebih tentu tak selalu harus mengikuti ‘pakem’ film-film detektif pada umumnya.
Kemudian dalam hal seluk beluk dunia mafia narkotika Indonesia, saya rasa kalau saja penulis lebih berani mengupasnya tentu akan lebih menarik. Dalam novel ini intrik-intrik dan cara kerja sindikat 12 hanya terungkap secara garis besar dan apa yang diungkap oleh penulisnya tampak sudah menjadi rahasia umum yang diketahui oleh banyak orang . Selain itu dampak sosial terhadap perilaku para mafia narkotika dalam novel ini juga tak terungkap dengan jelas. Andai saja penulis lebih berani mengungkap sisi-sisi gelap dunia mafia tanah air yang belum banyak diketahui orang dan menyertakan dampak-dampak sosial yang mungkin dirasakan akibat perilaku mereka tentunya novel ini akan jadi novel yang menggegerkan, monumental. Tentunya untuk mengungkap itu semua perlu riset yang lebih dalam lagi dan keberanian untuk mempublikasikannya.
Namun terlepas dari semua hal di atas, apa yang disajikan oleh penulis dalam Metropolis tetaplah menarik dan menghibur. Walau karakter-karakter tokohnya tak diulas secara mendalam namun tetaplah menarik karena penulis tak menghadirkan tokoh-tokoh yang sempurna termasuk tokoh protagonis dalam novel ini. Semua serba abu-abu, ada unsur baik ada pula unsur jahatnya, demikian pula untuk tokoh-tokoh jahat dalam novel ini sehingga semua tokoh terlihat sangat manusiawi.
Selain itu novel ini juga menghadirkan narasinya yang enak dibaca, plot yang cepat, deskripsi yang filmis, dan kejutan-kejutan di sepanjang novel yang akan memacu rasa kepenasaran pembacanya untuk terus membaca novel ini hingga tuntas. Tema persaingan bisnis ilegal narkotika, konspirasi, kisah cinta, dan balas dendam antar geng tentu akan mengingatkan kita pada novel Godfather – Mario Puzo. Jadi mungkin bisa dikatakan inilah Godfather rasa lokal walau rasanya tak pada tempatnya membandingkan Metropolis dengan Godfather.
Walau ending novel ini bisa dikatakan tuntas dan tak menggantung, namun masih ada celah yang bisa dijadikan bahan untuk membuat sekuel dari novel ini. Jika memang itu pilihan penulisnya untuk melanjutkan cerita ini, dan Windry terus konsisten untuk menulis dalam genre ini, bukan tak mungkin ia akan jadi penulis handal dalam genre thriller detektif yang hingga kini masih sedikit digarap oleh penulis-penulis kita.
Gambar cover novel metropolis Karya Windry Ramadhina
Kisah dalam novel ini diawali dengan adegan pemakaman Leo Saada, salah seorang pemimpin mafia dari sindikat 12 yang menguasai bisnis narkotika terbesar dan merupakan momok bagi polisi-polisi Sat Reserese Narkotika karena selama lima tahun ini polisi tak memiliki cukup bukti untuk menyeret seluruh anggota sindikat 12 ke terali besi. Polisi berasumsi bahwa kematian Leo Saada karena kecelakaan mobil, bukanlah murni kecelakaan karena tim forensik berhasil menemukan beberapa peluru di lokasi kejadian.
Polisi juga menduga ada motif persaingan antar geng dalam kematian Leo Saada karena dalam satu tahun kebelakang sebelum peristiwa ini ada 6 orang pemimpin geng yang tergabung dalam sindikat 12 tewas dalam berbagai cara. Untuk itu Bram dan asistennya Eric, berusaha untuk membongkar dan menangkap siapa pelaku pembunuhan berantai itu.
Ternyata tak hanya Bram yang tertarik dalam kasus ini, Miaa, seorang wanita mantan polisi secara diam-diam mengamati kasus ini. Berkat kejelian Bram, keberadaan Miaa disetiap lokasi peristiwa pembunuhan pimpin sindikat 12 diketahui. Awalnya Bram menaruh curiga kalau Miia terlibat dalam kasus ini, namun akhirnya terkuak apa motifasi Miaa yang sesungguhnya.
Tak mudah mengungkap siapa pelaku dan apa motif dibalik peristiwa pembunuhan berantai ini. Ketika Bram harus memutar otak untuk memecahkan teka-teki kasus ini dengan sedikit bukti yang dia miliki, pembunuhan demi pembunuhan itu terus terjadi. Walau semua pemimpin geng telah meningkatkan kewaspadaannya dan Bram telah memperingatkan mereka, namun pembunuhan terus terjadi. Bram harus bergerak cepat menangkap pelakunya sebelum semua pemimpin sindikat 12 tewas.
Walau novel ini merupakan novel thriller detektif, namun pada pertengahan paruh pertama novel ini siapa pelaku dan apa motif pembunuhan berantai terhadap pemimpin sindikat 12 telah terang benderang diungkapkan oleh penulisnya. Tampaknya penulis sengaja membeberkan motif dan jati diri si pelaku, alih-alih menyimpan rapat siapa pelaku dan motif pembunuhan berantai dengan sasaran para pemimpin sindikat, penulis tampaknya lebih memilih menyajikan teka-teki dan berbagai kejutan dengan munculnya tokoh –tokoh yang memiliki keterkaitan dengan kasus ini. Dengan demikian walau pembaca sudah mengetahui apa motif dan siapa pelakunya, keasyikan pembaca untuk menuntaskan novel ini tak akan terganggu karena meraka tak akan bisa menduga akan kejutan-kejutan yang diberikan penulis hingga lembar-lembar terakhir novel ini.
Walau secara umum novel ini menarik untuk dibaca, namun ada beberapa hal yang tampaknya perlu diekplorasi lagi agar semakin menarik, antara lain kurangnya pendalaman karakter tokoh-tokohnya. Contohnya untuk tokoh utamanya Bram. Masa lalu Bram yang kelam bersama ayahnya hanya dibahas secara singkat saja sehingga tak tereksplorasi dengan baik, padahal jika digali lebih dalam lagi maka novel ini akan semakin menarik. Bukankah di bawah judul novel ini tercantum kalimat “ Demi ayahku yang sudah mati…”. Namun mungkin soal kedalaman karakter dalam novel ini adalah pilihan penulis yang lebih mengutamakan plot cerita dan unsur teka-teki dibanding mengupas habis karakter2-karakter tokoh-tokohnya secara lebih mendalam, dan hal ini sah-sah saja.
Dalam hal mengungkap hubungan antara atasan dan bawahan dalam struktur kepolisian saya rasa, penulis telah terjebak dalam pandangan umum yang diciptakan oleh film-film detektif dimana atasan tak mendukung bawahannya sehingga terjadi clash dan diminta mundur dari kasus yang ditanganinya, dll. Tentunya tak harus seperti itu, ada banyak hal yang mungkin bisa digali untuk soal hubungan antara atasan dan bawahan, jadi untuk membuat sebuah kisah lebih tentu tak selalu harus mengikuti ‘pakem’ film-film detektif pada umumnya.
Kemudian dalam hal seluk beluk dunia mafia narkotika Indonesia, saya rasa kalau saja penulis lebih berani mengupasnya tentu akan lebih menarik. Dalam novel ini intrik-intrik dan cara kerja sindikat 12 hanya terungkap secara garis besar dan apa yang diungkap oleh penulisnya tampak sudah menjadi rahasia umum yang diketahui oleh banyak orang . Selain itu dampak sosial terhadap perilaku para mafia narkotika dalam novel ini juga tak terungkap dengan jelas. Andai saja penulis lebih berani mengungkap sisi-sisi gelap dunia mafia tanah air yang belum banyak diketahui orang dan menyertakan dampak-dampak sosial yang mungkin dirasakan akibat perilaku mereka tentunya novel ini akan jadi novel yang menggegerkan, monumental. Tentunya untuk mengungkap itu semua perlu riset yang lebih dalam lagi dan keberanian untuk mempublikasikannya.
Namun terlepas dari semua hal di atas, apa yang disajikan oleh penulis dalam Metropolis tetaplah menarik dan menghibur. Walau karakter-karakter tokohnya tak diulas secara mendalam namun tetaplah menarik karena penulis tak menghadirkan tokoh-tokoh yang sempurna termasuk tokoh protagonis dalam novel ini. Semua serba abu-abu, ada unsur baik ada pula unsur jahatnya, demikian pula untuk tokoh-tokoh jahat dalam novel ini sehingga semua tokoh terlihat sangat manusiawi.
Selain itu novel ini juga menghadirkan narasinya yang enak dibaca, plot yang cepat, deskripsi yang filmis, dan kejutan-kejutan di sepanjang novel yang akan memacu rasa kepenasaran pembacanya untuk terus membaca novel ini hingga tuntas. Tema persaingan bisnis ilegal narkotika, konspirasi, kisah cinta, dan balas dendam antar geng tentu akan mengingatkan kita pada novel Godfather – Mario Puzo. Jadi mungkin bisa dikatakan inilah Godfather rasa lokal walau rasanya tak pada tempatnya membandingkan Metropolis dengan Godfather.
Walau ending novel ini bisa dikatakan tuntas dan tak menggantung, namun masih ada celah yang bisa dijadikan bahan untuk membuat sekuel dari novel ini. Jika memang itu pilihan penulisnya untuk melanjutkan cerita ini, dan Windry terus konsisten untuk menulis dalam genre ini, bukan tak mungkin ia akan jadi penulis handal dalam genre thriller detektif yang hingga kini masih sedikit digarap oleh penulis-penulis kita.
Novel Metropolis karya Windry Ramadhina merupakan
novel yang memiliki pelukisan mengenai tokoh cerita yang baik dan jelas baik
lahir maupun batin hal ini terlihat pada gambaran visual dan psikis tokoh yang
tergambar secara jelas. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh beberapa tokoh
seni tentang Novel Metropolis karya Windry Ramadhina ini. Ayu Utami, salah satu Komite
sastra DKJ periode 2006-2009, mengatakan bahwa “Novel Metropolis ini memiliki karakterisasi tokoh yang jelas serta
ditampilkan dalam sebuah cerita menarik”. Menurut Sedangkan Garin Nugroho,
seorang sineas mengatakan, “cerita Metropolis ini memiliki penggambaran tokoh
yang kuat serta sangat layak untuk diangkat ke layar lebar suatu hari nanti.
Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh dalam novel ini sangat
tergambar jelas di angan-angan kita.”
Demikian sedikit sinopsis dari novel Metropolis yang mengusung cerita detektif, mafia dan pembunuhan yang layak untuk di koleksi oleh para pecinta novel di Indonesia. Maju Terus Sastra Indonesia. (KT)
Wednesday, May 7, 2014
Manusia dan Kebudayaan
Manusia merupakan makhluk yang
unik. Mereka telah diciptakan dengan kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk
lain yaitu akal mereka. Dengan akal, mereka dapat melakukan berbagai macam hal
mulai dari menciptakan sesuatu, menyimpulkan perkataan, dan berhubungan sosial.
Jika kita berbicara tentang akal dan kemampuan manusia yang sangat
menakjubkan, pasti kita akan berpikir mengenai banyak pengaruh yang ditimbulkan
oleh dua hal ini dalam kehidupan sosial misalnya terbentuknya suatu pola-pola
hidup dalam diri manusia.
Apakah pola-pola hidup dalam diri manusia itu? Pola hidup dalam diri
manusia merupakan berbagai macam cara pandang yang digunakan sebagai cara
bersikap mereka dalam kehidupan sehari-hari dan biasanya akan terus berulang
karena hal dianggap sebagai suatu kebenaran dan terbawa dalam bersosialisasi.
Sifat manusia yang merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu
membutuhkan manusia lain akan sangat berpengaruh dalam membentuk pola hidup
manusia karena karena seperti kita ketahui bahwa sosialisasi manusia dapat
bertukar pikiran. Dengan sosialisasi manusia dapat memperoleh apa yang
diinginkan. Dengan sosialisasi kita dapat mengetahui apa yang dibutuhkan oleh
seseorang dan masih banyak lagi.
Setelah melakukan proses sosialisasi manusia terkadang akan menganggap
benar apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya, kemudian saling mendukung dan
berusaha untuk menyatu dan berbaur. Jika hal ini dilakukan oleh banyak angota
masyarakat pasti akan terjadi suatu kesamaan cara pandang yang menimbulkan
adanya kelompok yang biasa disebut komunitas.
Komunitas dalam aksi sosial biasanya akan membentuk aturan-aturan yang
sesuai dalam komunitas tersebut. Manusia sebagai makhluk pemikir pasti ingin
menciptakan suatu bentuk lingkungan yang sesuai dengan apa yang mereka
harapkan. Karena itu mereka akan membentuk suatu kesatuan fakir dalam komunitas
tersebut yang harus dijalankan oleh anggota komunitas yaitu budaya.
Budaya berarti mendayakan budi atau fikiran yang dianggap mampu
memperbaiki maupun menciptakan hidup yang berkualitas dan lebih teratur.
Kebudayaan merupakan hasil dari bentukan budaya yang telah diterapkan.
Kebudayaan manusia di dunia ini sangat beragam, kita tidak dapat menjamin
dalam satu daerah terdapat budaya yang sama, karena budaya akan menjadi suatu
kebudayaan bila sudah bener-benar dipatuhi oleh komunitas dan biasanya
komunitas manusia yang satu dengan lainnya tidak akan berbaur dalam waktu yang
singkat. Kebudayaan di daerah pegunungan dan aliran sungai atau pantai misalnya
pasti akan sangat nampak perbedaannya.
Kebudayaan dengan manusia sangat erat hubungannya, maka dari itu norma
adalah salah satu hal yang menyusun kebudayaan tersebut ataupun sebaliknya.
Jadi bias dibilang norma adalah akar dari suatu kebudayaan. Norma agama
misalnya, di Indonesia diatur agar kita menjalankan perintah Tuhan sesuai
dengan agama yang dianut oleh kaumnya. Jadi kaum pemeluk agama ini akan
beribadah dengan cara dan menurut aturan agamanya sendiri. Misalnya agama Hindu
beribadah dengan menaruh dupa, sesaji, bunga tujuh rupa juga pakaian yang
sesuai dengan ibadahnya. Orang Islam menggunakan peci, mukena, sajadah dan
perlengkapan ibadah mereka. Itu semua pasti bersifat kontinen karena mereka
memiliki aturan yang sudah dianut dan dianggap benar dalam kitab-kitab aturan
mereka.
Dilihat dari norma yang lain. Misalnya norma kesopanan yang diterapkan
oleh tiap kelompok masyarakat pasti akan berbeda. Di sekitar kita, jika kita
memperhatikan anggota keluarga tetangga kita akan menciptakan aturan kesopanan
tersendiri dalam rumahnya (berbeda saat mereka bergaul di luar) yang biasanya
dipengaruhi oleh pendidikan formal maupun informal yang mereka dapat.
Manusia benar-benar makhluk yang hebat bahkan sebelum mereka mengenal
aksara, mereka sudah dapat menciptakan kebudayaan mereka. Manusia pada zaman
dahulu kala dapat membentuk pola hidup sosial dalam komunitas mereka yang
dipengaruhi suatu factor yaitu iklim. Manusia pada zaman dahulu membudayakan
untuk berburu dengan pakaian yang sesuai dengan iklim pada masa itu.
Jika dilihat sepintas, kebudayaan hamper sama dengan kebiasaan. Lalu apa
perbedaannya? Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kebudayaan cakupannya lebih
luas daripada kebiasaan-kebiasaan bisa timbul dalam diri manusia dimana manusia
tersebut menganggap benar suatu kelakukan dan ia berusaha untuk melakukan hal
tersebut secara berulang-ulang. Jika kebudayaan adalah suatu hal yang dianggap
benar oleh suatu komunitas yang tersusun oleh beberapa manusia yang memiliki
kesatuan pemikiran yang dianggap benar dan mencoba untuk menerapkan aturan
komunitasnya sendiri dengan sifat kontinu. Jadi perbedaannya terletak pada
subjek di dalamnya. Kebiasaan dilakukan oleh satu orang misalnya anak yang
berangkat sekolah, makan pada jam 1 siang dll. Tiap orang pasti memiliki pola
yang berbeda.
Kebudayaan adalah hal yang sangat nyata dan dimiliki oleh semua komunitas
manusia di dunia ini. Kebudayaan adalah hal yang sangat penting karena menjadi
suatu keunikan dan identitas suatu komunitas manusia tertentu.
Apakah Kita dapat Mengubah Kebudayaan?
Seperti yang kita ketahui, manusia selalu mengalami perkembangan dalam
berfikir setiap harinya. Kecepatan informasi dari teknologi membuat budaya
antar komunitas manusia mengalami pembauran. Budaya dengan kualitas anggota komunitas
yang lemah, pasti akan tertindas oleh komunitas yang kuat seperti halnya homo homini lupus.
Jika kita lihat sekarang ini, Jepang, Korea, Amerika dan Negara maju
lainnya gencar memberi serangan promosi budaya, yang sangat kuat lewat film dan
lagu. Bentuk nyata upaya penyuntikan budaya di Negara lain. Banyak orang yang
secara sadar dan tidak sadar sudah mengikutinya. Trend cara berpakaian,
anak-anak muda yang sangat mencintai lagu west dan ada lagi yang lebih gila
yaitu adalah adopsi anak dari Negara berkembang ke Negara maju. Semisal kasus
meledaknya penjualan anak dari India dan Cina ke Amerika yang beralasan untuk
menciptakan perdamaian yang sesungguhnya dengan penyatuan kebudayaan dan pola pikir.
Nah, pasti kini kita sudah dapat menyimpulkan bahwa kebudayaan akan dapat
berubah. Sifat manusia adalah ingin tahu. Selalu mencari hal yang lebih nyaman
dari sebelumnya, lebih hebat dari sebelumnya.
Jelas sekali kuatnya budaya dari komunitas yang lebih maju bisa mengikis
budaya dari komunitas yang kurang maju.
Mungkin tidak semua kebudayaan komunitas yang kurang dominan hilang dalam
waktu dekat tapi jika mereka tidak membentengi diri, pasti budaya tersebut akan
hilang karena adanya bauran budaya dalam sosialisasi. Sekarang tinggal kita
yang harus memilah-milah kebudayaan yang baik bagi kita dan yang tidak sesuai
dengan bangsa kita, karena tidak semua kebudayaan asing sesuai dengan
kebudayaan kita (KT).
Monday, May 5, 2014
Novel Remaja: My Love Is Big Wrong
Aisyifa
Nur Laila adalah namaku. Leganya hatiku
bisa terbebas dari penjara yang bernama pesantren. Semua kulaui dengan damai
dan tentram. Duniaku seakan lebih indah. Ya kini aku tinggal di Jawa Tengah
bersama nenek yang memanjakanku. Tempat yang begitu indah dan sejuk. Hingga
suatu saat aku harus mengalami peristiwa yang ta’ tau harus dibilang baik atau
buruk untukku, mencintai kakak keponakanku. Mungkinkah kami dapat bersama
ataukah berpisah? Penasaran? Simak terus ceritanya ya…
A
|
khirnya!
Aku menyeret kardus terakhir yang
berisi buku-buku pelajaran. Setia Keringat yang mengalir deras di dahiku. Sejak
tadi pagi aku telah sibuk membereskan dan memindahkan barang dari satu tempat
ke tempat lainnya. And now, aku merasa lebih lega. Suasana kamarku telah
berubah lebih menyenangkan. Aku senang telah memilih nuansa biru muda untuk
kamarku ini, terasa lebih sejuk dan menyenangkan. Tempat tidur meja rias, rak
buku-buku…tapi sepertinya ada yang kurang. Aha! Dinding kamar , aku belum
menghiasinya.
Sambil menghela nafas kuseret kardus
yang berisikan kaligrafi-kaligrafi hasil karyaku. Kuambil kaligrafi yang
bertuliskan “Bismillahirrohma nirrohim”,
kaligrafi yang menjadi favoritku, yang membuatku menjadi juara 1 dalam lomba
kaligrafi yang cukup bergengsi. Mengingatnya membuatku tersenyum bangga.
Asyifa Nur laila, itulah nama yang
diberikan orang tuaku. Baru 2 hari ini aku menempati kamar ini, ya..di rumah
nenekku. Sebelumnya aku tinggal bersama orang tuaku. Abi adalah seorang ketua
di sebuah pesantren sedangkan Umi adalah ustadzah di pesantren tersebut. Jadi
tak heran kalau mereka disiplin sekali dalam masalah agama, bahkan terlalu berlebihan menurutku. Terkadang aku
bosan dengan agama. Pernah dulu aku mencoba melawan, alhasil aku diceramahi, di
dahlih selama berjam-jam dan akhirnya dikurung di gudang.
Huh!
But now I’am here. Di rumah nenek
yang akau sayangi.
“Syifa? tiba-tiba nenek memasuki
kamarku dan mengacaukan lamunanku.
“I…iya nek, ada apa?”
“Kok malah ngelamun, nenek dah siapin
makanan kesukaanmu. Ayo makan dulu!”
“Ntar dulu nek, nunggu selesai
beres-beres”
“Ya udah, nenek mau ke kebun nyusul
kakekmu.” My grandma berangkat menyusul sang suami dengan membawa rantang
makanan, yang aku pastikan isinya adalah nasi dan lauk. Hmm…so sweat, aku harap
di masa tua nanti aku dan suamiku bisa seperti mereka. He..he..he…(masih lama
pastinya).
Hari-hari ku lalui dengan santai ,
nggak sepadat dulu. Ya iyalah dulu hamper seluruh hari-hariku dipenuhi dengan
mengaji. Sekarang, nggak ada ngaji, tapi untuk sholat…I can’t forget! Ya
emangsih, agak molor.
Karena aku pindah tempat tinggal,
pastinya pindah sekolah juga dong. SMK Harapan Bangsa, karena dulu aku sekolah
di SMK nerusinnya juga di SMK. Suasana
sekolah ini ga’ jauh beda sama sekolahku dulu. Hanya saja, disini lebih
sejuk. Ya iya lah namanya juga di pegunungan, jadi banyak pohonnya. Untuk ke
sekolah aku diantar jemput sama om ku yang bisa dibilang galak banget.
Di sekolah ini juga aku mendapat
sahabat baru, Laras dan Haris. Mereka teman yang baik, pengertian, ramah, suka
menolong (Hayyo! Yang namnya Laras dan Haris jangan besar kepala ya!!!) apalagi
Laras, dia adalah satu-satunya tempat untuk mencurahkan semua problemku. Hingga
suatu hari, Haris menyatakan suatu hal yang ngga’ ku sangka.
“Fa, sebenarnya aku suka dan saying
sama kamu, maukah engkau menjadi orang yang special di di hidupku?”
Aku kaget setengah mati, bak
tersambar petir yang begitu dahsyat. Gimana ngga’, orang yang selam ini aku
anggap sebagai sahabat nyatain suka. Ck…ck…ck. Dengan ragu-ragu aku katakana.
“I’am Sorry, I can’t.”
Ragu-ragu bukan berarti aku suka sama
dia, aku Cuma takut kalau dia tersinggung. Aku kan ga’ punya perasaan apapun ke dia, lagian aku juga
tergolong masih kecil, belum cukup umur.
Mengalami hal tersebut, membuatku
teringat dulu. Saat aku sedang berbincang-bincang sama salah satu anak
pesantren (cowo’ pastinya). Tiba-tiba dia memanggil dan aku dimarahin
abis-abisan. Na’as banget ya nasibku, padahal aku Cuma ngobrolin masalah
sekolah.
Kembali ke sekarang, semenjak
peristiwa penolakan itu, Haris selalu menghindar dari aku. Setiap ngeliat aku,
dia selalu pergi menghindar. Sebenarnya aku ga’ pingin dia seperti ini, tapi
kalau emang dia maran dan benci ma aku “whatever-lah, emamng gw pikirin.”
Sebulan sudah aku tinggal di rumah
nenek dan 26 hari aku dan umat muslim lainnya menjalankan puasa. Bentar lagi
lebaran dan semua anak cucu nenek datang. Benar juga, keesokan harinya pa’dhe
Iman beserta anak istrinya datang. Mereka datang dengan membawa mobil yang
penuh bawaan dan oleh-oleh. Alhasil, aku ikut membantu.
“Syifa, gimana kabarnya? Bener kamu
tinggal di sini sekarang?” dengan logat sunda pa’dhe bertanya.
“Iya dhe. Alhamdulillah baik, pa’dhe
sendiri?”
“Baik, Umi sama Abimu kapan ke sini?”
“Mungkin 2-3 hari lagi. Lho budhe
Aminah ga’ bareng, tumben banget.”
“Iya, dia lagi ada pesenan roti
banyak banget. Mungkin besok dia datang naik travel”
Diantara anak-anak kakek nenek,
Pa’dhe Imanlah yang paling berhasil. Beliau menjadi PNS di bagian perpajakan.
Perbincangan kami berlangsung hangat, banyak sekali yang kami bicarakan.
Apalagi dengan mas Bagus, dia sepantaran denganku dan juga sekolah di SMK tapi
beda jurusan. Tak terasa malam telah larut, jadi kami memutuskan untuk
istirahat.
Keesokan harinya budhe Aminah datang
bersama salah satu anaknya, “Mas Irsyad.”
“Selamat datang budhe” sapaku
padanya.
“Hei! Irsyad bawa masuk semua
barang-barangnya”
“Ya Umi”
“Mbak Erni ga’ ikut budhe?”
“Ngga’, ga’ punya ongkos, lagian dia
lagi sibuk ngurusin kuliahnya.”
“O…gitu tho.”
Aku merasa aneh dan asing sekali
dengan Mas Irsyad. Maklumlah 8 tahun kita ga’ ketemu. Banyak hal yang berubah
darinya. Penampilannya tinggi, tambah putih.
“Mas, sekarang mas kelas berapa?”dengan
logat Sunda.
“Aku, dah ga’ sekolah.”
“Bo’ong.”
“Ih beneran, kamu ma ga’ percayaan.
Aku udah lulus”
“Mau nerusin kuliah ya”.
“Yup! Tahun depan.”
Ni orang, balik Tanya kek, masa dari
tadi aku yang Tanya. Dia pikir dia artis, yang sellau diwawancarai sana-sini.
Dasar sombong.
Pagi harinya, aku benar-benar bosan.
Ga’ ada yang bisa aku ajak ngobrol. Coba ada ngak Erni, pasti aku ga’ kesepian.
Semua orang pada sibuk ma urusan sendiri. Nenek, kakek, budhe, om dan anak-anak
cowo’ malah keasyikan main PS, sedangkan mbak Alya masih SD kelas 1 pula. Aku
heran kenapa mayoritas anak cowo’ suka main PS. Apa coba untungnya? Tambah
kaya? Tambah ganteng? Atau tambah pinter? Ngga’ deh, justru Cuma menghabiskan
waktu, tenaga plus uang.
“Irsyad! Main PS mulu dari tadi pagi
sampek sekarang ga’ berhenti-berhenti.”
“Kan hiburan Umi, disini suasananya
ngebosenin.”
“Umi ga’ perduli, matiin PSnya.” Lalu
menuju dapur.
“apa liat-liat! Ga’ pernah liat orang
ganteng.”
“PD banget, ganteng dar mana dari
utan.”
Sahutku dengan penuh emosi. Seenaknya
dia aja marah-marah ke aku. Dia piker siapa coba.
Selamat hari Lebaran, Minal aidin wal
fa’idzin. Lebaran telah tiba, keluarga besar kami saling bermaaf-maafan. Saling
memberi dan minta maaf. Termasuk akau. Tapi untuk minta maaf sama mas irsyad,
NO WAY!!! Harusnya dia yang minta maaf, ya ngga’??
Sehari setelah lebaran, semua sanak
famili kembali ke rumah. Leganya, aku bisa santai lagi dan tenang di rumah. Lho
bukannya itu mas Irsyad. Budhe Aminah kan udah kembali ke Bogor. Untuk
menghilangkan penasaranku aku bertanya pada nenek.
“Nek. Mas Irsyad kok belum balik ya?”
“Iya, Irsyad itu tinggal di sini
sampai kuliahnya tiba.”
“O…gitu ya. Kalau gitu Syifa ke kamar
ya.”
Apa! Irsyad tinggal di sini. Batal
deh kata nyaman dan damai untuk rumah ini. Kenapa harus tinggal di sini sih.
Rumah ini pasti kaya’ neraka deh.
“Fa, nenek minta tolong ya. Bawa
kambing-kambing nenek ke lapangan dekat sungai.”
“Apa
nek, kenapa harus aku sih”
“Menurutku lakuain aja deh. Ga’ mau
kan jadi cucu durhaka. Kalau aku pasti bakal lakuin.”
“Ya sudah kamu aja Syad. Kamu kan
laki-laki lebih pantas.”
“Ga’ nek, kan tadi nenek nyuruf
Syifa.”
“Ih…bener kata nenek, kamu lebih
pastes.”
“Udah! Kalian apa-apaan malah
berantem. Kalian berdua menggembala, jangan berantem. Pokoknya nenek ga’ mau
tau.”
Kami pun menuju lapangan yang nenek
maksud. Tempat ini cukup iindah dan sejuk. Hawa dingin masih menerobos kulitku.
Maklumlah tadi pagi baru hujan. Rumput-rumput yang hijau tumbuh dengan subur
sedikit basah sisa hujan kemarin. Pas sekali untuk menggembalakan ternak
penduduk kampong. Aku duduk di salah satu pohon yang bisa dibilang rindang
bersama mas Irsyad. Tiba-tiba salah satu kambing lepas dan berlari. Kami
langsung mengejarnya. Hingga mas Irsyad jatuh di salah satu kubangan Lumpur.
“Huaua hahahaha ga’ apa pa mas.”
“Diam! Cepet kejar kambingnya.”
“Iya iya…huh dasar kambing jelek.
Nyusahin aja, sini kamu, awas kalau ketangkap!”
“Kalau gitu caranya, kambingnya malah
takut. Kambing…tolong bantuin kita ya, jangan lari-lari, ayo sini.”
Benar saja, ta’ lama kemudian kambing
itu menjadi jinak dan kembali makan rumput.”
“Lain kali, jangan marah-marah sama
kambing yang lagi ngamuk.”
“Ya, dasar pawing kambing.”
“Dibilangin malah ngatain, dasar
nenek sihir.”
“Dasar pawing kambing yang saying
banget sama kambingnya, sampai-sampai mirip sama kambing. Liat aja badannya
kotor, mukanya cemong-cemong…hih!!”
‘Oh! Ni ta’ kasih, masih kurang karma
aku baik aku tambahin.” Mas Irsyad melururiku dengan Lumpur.
“Apa pa’an sih kotor kan. Kamu tau
ga’ rumah nenek ngga’ ada air. Bersihin dimana coba!”
“Ha…haha, impas kan. Kalau mau
bersiin di sungai tu.”
“Nggak bakalan! Kamu aja sana.”
“Emang aku mau ke sungai, daripada
badanku kotor.”
Terpaksa aku ikut bersihin badan di
sungai. Aku balas Irsyad dengan menyembunyikan bajunya. Ternyata aku ketahuan.
Langsung saja dia menarikku dan mendorongku ke sungai. Aku langsung marah-marah
ke dia. Hampir saja aku mati ngga’ bisa nafas. Akhirnya kami saling
menyiratkkan air.
Saat pulang sekolah, om belum juga
menjemput. Padahal hari sudah sore. Kulihat
sosok yang mirip dengan Irsyad. Tapi itu kan ga’ mungkin. Ngapain dia di
sini. Setelah dekat, memang benar dia Irsyad.
“Ngapain mas disini?, jangan bilang
mas jemput aku.”
“Maaf ya mbak, om lagi ada tamu
penting. Jadi terpaksa aku jemput kamu. Kalau memang kamu jalan kaki sejauh 8
km terserah.”
“Iya ya aku ikut. Tapi jujur aku sama
skali ga’ suka di bonceng ama kamu. Ini semua karena langit mendung. Kalau
ngga’, aku milih jalan kaki.”
Benar saja, hujan turun dengan
lebatnya. Kami terus menerjang tetes-tetes air ang menjadi do’a penduduk.
Tiba-tiba motor kami mogok. Dengan kondisi basah kuyub kami menuju warung kecil
di dekat tambal ban tersebut. Aku kedinginan sekali, hingga badanku menggigil.
Mengetahui hal tersebut Irsyad memberikan jaket dan memesankan the hangat.
Sampai di rumah, tak kulihat satu
oragpun. Kepalaku terasa pusing. Telingaku mendenging. Aku tak dapat bereaksi
walaupun dapat mendengar seseorang memanggilku. Rasanya semua gelap, suram.
Duniaku menghitam dalam sekejap.
Aku terbangun mendapati terbaring di
tempat tidur. Ku lihat wajah mas Irsyad yang tampak kawatir dan merasa
bersalah. Ku cium aroma minyak kayu putih di hidungku.
“Kamu Ngga’ apa pa kan?”
“Yes, I’am alright. Don’t worry.”
“Tapi tadi kamu pingsan”
“Sekarang aku sudah baikan. Aku masak
dulu ya, udah sore aku yakin mas belum makan. Iya kan?”
Aku menuju dapur dan mencari
bahan-bahan yang mungkin bisa kumasak. Setelah selesai, salah satu kwali jatuh
karena keteledoranku. Kepalaku terasa sakit dan ternyata benjol dan berdarah.
Aku langsung berteriak dan Irsyad datang untuk menolong.
“ati-ati dong, dah aku bilang
istirahat aja.”
“mas kawatir sama aku?”
Ya kawatir, kawatir sama kwalinya
pecah kan. Coba kalau nenek tahu, bisa marah kan.”
Bodoh! Dalam hati aku mengutuk diriku.
Ga’ mungkin mas Irsyad kawatir ma aku. Ke PD an banget. Tapi Irsyad baik juga,
buktinya dia mau merawat aku. Tanpa sadar senyum kecil tersungging di bibirku.
“Lukanya udah bersih, sekarang ayo
makan dulu. Ni aku suapin.”
“Apa an sih kaya anak kecil aja.”
“Udah makan aja.” Tak sengaja
mangkuknya mengenai jidatku. Langsung saja kupukul kepala mas Irsyad.
“Aw…sakit tau, seenaknya mukul kepala
orang.”
“Abis mas, jidat udah benjol, tadi
abis pingsan, sekarang dijedotin ke mangkuk.” Matau mulai berkaca-kaca dan
akhirnya cairan bening menetes dari sudut mataku.
“Tega banget sih, sakit tau…”
“Maaf ya aku ngga’ sengaja, kamu
sendiri tau kan. Maafin ya!”
“Iya, tapi jangan
diulangi..hu..hu..hu…hik…hik…hik…”
“Ya udah makan sendiri aja ya, abis
itu tidur.”
Setelah kejadian itu aku selalu
trbayang-bayang wajah mas Irsyad. Saat merawatku, dilapangan semua selalu
menghantuiku. Wajahnya udah kaya setrikaan, mondar-mandir aja di pikiranku.
Akhir-akhir ini aku juga salah tingkah di depan mas Irsyad. Jangankan ngobrol, ngliat
matanya aja aku ga’ berani. Aduh…knapa aku jadi kaya’ gini sih, kenapa
perasaanku aneh gini. Masa aku…ga’ dia kakaku. Mungkin itu pengaruh waktu
kecil. Ya, dulu kami selalu bersama. Hingga aku suka dia. Tapi kenapa harus ke
bawa sampai gede sih.
…Terukir indah raut wajahmu,
Dalam benakkuBerharap kau cinta
terakhir
Dan hanya untukku
Terttulis indah puisi cinta dalam
hatiku
Karna ku yakin kau memanglah pilihan
hatiku
Pilihan hati Livina semakin membuat
perasaanku memuncak, dan membat perasaanku tak karuan.
Suatu malam aku merasakan begitu haus
dan tenggorokanku terasa kering. Melihat keadaan sekitar yang begitu gelap
nyaliku menjadi ciut. Apalagi tadi pagi ada tetanggaku yang meninggal. Karena
rasa haus yang sudah tak tertahankan lagi, ku coba untuk hempaskan rasa
takutku. Ku telusuri lorong-lorong menuju dapur yang begitu gelap. Akhirnya
sampai juga, ku tenggak segelas air yang cukup menyejukkan ini.
“Hw…belum sempat aku berteriak
mulutku telah dibungkam seseorang.”
“Mas Irsyad! Ngapain malam-malam
ngendap-ngendap udah kaya maling aja.”
“Jangan keras-keras, inget udah
malem. Kamu pingin orang sekampung pada bangun, dasar penakut.”
“Apa?”
“Penakut, iya kan kamu tadi
ketakutan. Pake’ bilang aku maling segala.”
“Siapa bilang, so’ tau banget!”
“Sini ikut aku.”
“Mau ngapain?” Ku ikuti mas Irsyad
yang menuju belakang rumah.”
“Diam, liat di atas ada apaan?”
“Se..setan ya?” jangan bercanda deh
mas.”
“Ih suruh liat malah ngomongin
setan.”
“Ya ya.. ada bintang.”
“Indah baget ya. Bagi intan yang
bertaburan.”
“Ya sih mas, tapi bau banget. Kenapa
harus di deket kandang sih, kaya ga’ ada tempat lain aja.”
“Biar sapi-sapi dan kambing menjadi
saksi…”
“Ko’ sapi sih! Mas ga’ bisa manfaatin
moment banget, ada bintang, bulan kenapa ga’ pakek mereka aja sih.”
“Dengerin ngapa? Sapi sama kambing
itu paling deket ma kita. Kalau pakek bulan bintang kan jauh, sapid an
kambingnya marah gimana?”
Aku hanya terheran-heran mendengar
pernyataan yang begitu nonsen itu.
“Ini kan masih dalam suasana lebaran,
aku minta maaf kalau ada salah.”
“Cuma itu? Aku maafin aku juga minta
maaf ya.” ku pergi meninggalkan kakaku.
“Tunggu…Sya aku suka kamu.”
Pernyataan yang sanggup membuat
jantungku meledak. Ya Tuhan kenapa aku seneng banget. Walaupun di dukung dengan
suasana yang ga’ romantis, disaksikan sapid an kambing nenek. Setan apa yang
berhasil meracuni kami hingga terperagkap dalam cinta seperti ini Kulupakan
bahwa aku dan mas Irsyad adalah saudara. Namun aku juga suka sama mas Irsyad.
Akhirnya kami pacaran walaupun tanpa sepengetahuan keluarga. Aku merasa bahagia
sekali, walaupun ta’ tau apa yang akan terjadi di masa mendatang.
Delapan bulan sudah kami berpacaran.
Canda tawa selalu menghiasi lembaran-lembaran kami. Hingga suatu hari kakek dan
nenek mengetahui semua. Aku sangat takut dimarahi, tapi aku takut kalau harus
berpisah dengan mas Irsyad. Benar saja nenek dan kakek menyuruh orang tuaku dan
mas Irsyad kemari. Mereka membicarakan jalan keluar masalah kami. Akhirnya aku
dikembalikan ke sekolahku yang dulu. Bersama aktifitas pesantren. Sedangkan Irsyad
kembali ke Bogor untuk mengurus paspor ke Singapura. Dia akan kuliah di sana,
meninggalkanku bersama dengan bayanganku.
Setahun kujalani dengan sendiri.
Seulas senyum getir terukir. Ingatanku selalu berujung pada Irsyad. Oh Tuhan,
apa ini jalan yang kau berikan, mencintai orang yang menjadi saudaraku. Aku
akan berusaha menghapus semua kenangan bersama Irsyad. Walauku tak tau kapan
itu terjadi.
SELESAI
Sunday, May 4, 2014
CONTOH PTK OLAH RAGA
Bagi rekan-rekan guru terutama guru olah raga, biasanya agak kesulitan dalam menentukan judul PTK (Penelitian Tindakan Kelas) untuk bidang studi olah raga. Saya akan memberikan contoh PTK olah raga kelas 4 SD untuk tinjauan bagi rekan-rekan guru atau mahasiswa untuk pembuatan PTK bagi kenaikan tingkat dan lain-lain.
Simak contoh judul PTK dan abstraknya berikut :
Simak contoh judul PTK dan abstraknya berikut :
KARYA TULIS ILMIAH
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENERAPAN METODE DRILL
(LATIHAN SIAP) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH PERMAINAN
BOLA VOLI PADA SISWA KELAS IV SD ........................ TAHUN PELAJARAN....................
Disusun Dalam Rangka
Pengembangan Profesional Keguruan
LOGO
Oleh :
............................................
NIP. .................................
SEKOLAH DASAR ..........................
KECAMATAN ................. KABUPATEN ..............
TAHUN ..........
ABSTRAK
(Nama)................... , (Tahun)........... Penerapan Metode Drill (Latihan Siap) Sebagai Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Servis Bawah Permainan Bola Voli Pada Siswa Kelas IV
SD .................. Tahun Pelajaran ..............
Kata kunci : Metode Drill, Servis
Bawah dan Bola Voli
Tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan Hasil
Belajar Servis Bawah Permainan Bola Voli melalui Penerapan Metode Drill pada
siswa kelas 4 SD .................., tahun ajaran ...................
Sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah siswa
kelas 4 SD .................., tahun ajaran .................. yang berjumlah 27 siswa.
Pada penelitian ini, penelitian kasus dilakukan
dengan mengamati siswa yang memiliki hasil belajar yang berbeda, yaitu siswa
yang memiliki hasil belajar tinggi, sedang, dan hasil belajar yang rendah dalam
peningkatan kemampuan servis bawah permainan bola voli. Sumber data penelitian
ini adalah siswa kelas 4 SD .................., tahun
ajaran ...................
Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah
pengamatan atau observasi dan wawancara. Pengamatan dan observasi dalam
penelitian ini adalah dengan cara melakukan pengamatan terhadap siswa selama
proses pelatihan. Pengamatan atau observasi lapangan dilakukan pada siswa kelas
4 SD .................., tahun ajaran ................... Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada siswa dan guru penjas kelas
4 SD .................., tahun ajaran ...................
Berdasarkan hasil peningkatan
kemampuan servis bawah permainan bola voli siswa kelas 4 SD ..................,
tahun ajaran .................. yang
berjumlah .................. siswa. dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) setelah di berikan
bimbingan, siswa dalam servis bawah permainan bola voli mengalami peningkatan yang cukup baik,
terlihat pada perbedaan yang terdapat pada siklus I dan II, dengan memberikan
penekanan dalam latihan akan membantu siswa untuk lebih cepat menguasai
kemampuan servis bawah permainan bola voli dan adanya peningkatan pembelajaran servis
bawah permainan bola voli di kelas 4 SD .................., tahun ajaran .................. yaitu terjadi peningkatan kualitas keaktifan
siswa dari 57% pada siklus 1 meningkat menjadi 80% pada siklus 2. Hasil
rata-rata nilai hasil servis bawah permainan bola voli siswa juga meningkat
dari sebesar 64,67 pada siklus 1 dan meningkat menjadi 70,37 pada siklus 2. Tindakan
penerapan penggunaan metode drill pada
pembelajaran teknik dasar servis bawah telah terbukti dapat berhasil mencapai
indicator keberhasilan tindakan pada siklus 2.
Sekian contoh PTK dari saya semoga dapat menjadikan tambahan ide dan inspirasi anda dalam berkarya membuat sebuah karya ilmiah Penelitian Tindakan Kelas. Salam dari kami (KT).
Tuesday, July 9, 2013
SEKILAS SEJARAH PORBIKAWA KARATE –DO INDONESIA
“PORBIKAWA”
( Persatuan Olah Raga Bela Diri Istikawa)
Didirikan oleh murid tunggal master Joshin Istikawa. Yaitu Tan Sing Tjay Soetikno. Pada tahun 1963 sejak berkembangnya pesatnya di tahun 1963 maka “Istikawa” JIU JITSU CLUB” tersebut diubah namanya untuk menyesuaikan dengan isinya yang ada saat itu maka maka dinamailah “PORBIKAWA” dari singkatan Persatuan Olahraga Beladiri Istikawa adalah pencatukan nama gurunya dengan mengingat jasa jasanya yang pernah menganjurkan agar Soetikno belajar teknik bela diri yang lain. Selain JIU JITSU Soetikno lebih mendapat mendapatkan pandangan luas dalam bidang seni beladiri karena ilmu yang mana pun saja, pasti akan terus berkembang tanpa hentinya seirama dengan kemajuan zaman PORBIKAWA. Telah mengembangkan berbagai teknik bela diri baru yang disesuaikan dengan bangsa Indonesia. Misalnya dengan mengombinasikan teknik teknik dari bela diri lain kedalam silabusnya, dan menciptakan teknik teknik baru yang lebih sesuai dengan situasi pembelaan diri di Indonesia sehingga disebut sebagai perguruan yang indipenden dan tidak terikat. Dengan tradisi dari Negara asal JIU JITSU (Jepang) pada perkembangannya JIU JITSU PORBIKAWA beraviliasi dengan karate.
FILOSOFI KEHIDUPAN SANG GURU BESAR
** Tan Sing Tjay (Soetikno) Pendiri/Guru Besar Porbikawa Karate-Do Indonesia **
Soetikno mengatakan bahwa kini dirinya telah berusia 52 tahun, ia menyatakan daya ingatnya sudah mulai melemah, demikian pula dengan fisiknya, oleh karenanya ia kini lebih suka tinggal disebuah pedesaan dan hidup secara sederhana, bahkan ia tidak ingin dikenal oleh masyarakat karena keahliannya.
Materi Bela Diri “Porbikawa” Di Bagi Menjadi 2 Bagian
1. Materi umum
Berisikan materi yang pada umumnya dimiliki oleh bela diri kebanyakan yaitu pukulan, tendangan, sikap, tangkisan, rangkaian gerak, teknik pemecahan benda keras, teknik jatuhan (Okemi) teknik perkelaian.
Teknik bela diri umum di ambil sepenuhnya dari materi original ISHIKAWA KARATE dengan kata lain materi bela diri umum sama dengan teknik karate pada umumnya
2. Materi khusus
Berisi materi yang tidak di punyai oleh aliran beladiri lain terutama aliran “KARATE” kami menyebutnya dengan istilah “GREEP” atau teknik kuncian. Greep merupakan rangkaian gerak beladiri praktis yang sangat berbahaya bagi lawan. Greep merupakan gerakan yang di padu pada ke 5 beladiri yang sudah kami sebut di muka “JIU JITSU, SILAT TIONGKOK, JUDO PENCAK SILAT DAN KARATE SERTA TINJU”.
Dalam greep mengandung unsur bantingan, patahan tulang, totokan, perkelahian senjata, teknik bergumul kuncian dan perkehalian curian. Inti dari greep adalah bagaimana dengan sekali gerakan kita bisa langsung mengalahkan lawan. Tanpa banyak mengeluarkan banyak waktu dan tenaga.
Greep merupakan materi wajib bagi seorang anggota “PORBIKAWA” untuk di kuasai teknik greep bagi PORBIKAWA adalah teknik rahasia karena teknik bahaya yang di kandungnya.
Pada tahun 1972 “PORBIKAWA” mendapat undangan dari kongres PORKI (belum FORKI) di Jakarta dan telah hadir 24 aliran. Seni beladiri “KARATE” se Indonesia. Konggres itu telah berhasil membentuk suatu wadah besar bersama yakni Federasi Olah Raga Karate Indonesia (FORKI) dan menampung seluruh aspirasi aliran dan PORBIKAWA berubah menjadi PORBIKAWA KARATE-DO INDONESIA hingga sekarang ini (KT).
Sunday, July 7, 2013
Interpretasi Analisa Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2)
Bagi kalian yang bingung saat mengintepretasikan hasil analisa Koefisien
Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2), berikut saya sajikan
contoh hasil analisa dari SPSS beserta intepretasinya :
Analisa ini didasarkan pada penelitian tentang pengaruh Motivasi siswa (X1)
dan Disiplin Siswa (X2) terhadap Ketuntasan belajar Siswa (Y).
Model Summaryb
|
||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
1
|
.937a
|
.878
|
.875
|
.168
|
a.
Predictors: (Constant), Kedisiplinan Siswa, Motivasi Siswa
|
||||
b.
Dependent Variable: Ketuntasan Belajar
|
Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R (koefisien
korelasi) sebesar 0.937. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat
kuat antara motivasi siswa dan disiplin siswa terhadap ketuntasan belajar
siswa.
Hal ini didasarkan oleh pedoman untuk memberikan
interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut.
0,00 – 0,199 = sangat rendah
0,20 – 0,399 = rendah
0,40 – 0,599 = sedang
0,60 – 0,799 = kuat
0,80 – 1,000 = sangat kuat (Sugiyono, 2007)
Hasil analisis koefisien determinasi (R2)
menunjukkan bahwa prosentase sumbangan pengaruh variabel independent (motivasi
siswa dan disiplin siswa) terhadap variabel dependen (ketuntasan belajar siswa)
adalah sebesar 87,8%. Sedangkan sisanya sebesar 12,2% dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan atau tidak dibahas dalam penelitian ini.
Sekian dulu pembahasan kali ini, sampai ketemu pada
pembahasan berikutnya. Selamat mengerjakan karya ilmiah kalian… salam dari kami
Kurnia Team (KT).
Subscribe to:
Posts (Atom)
DUNIA TANPA UANG TUNAI
Dalam era digital ini kita bisa membeli barang-barang kebutuhan kita tanpa uang tunai, baik secara online via transfer ATM, kartu kred...
-
“PORBIKAWA” ( Persatuan Olah Raga Bela Diri Istikawa) Didirikan oleh murid tunggal master Joshin Istikawa. Yaitu Tan Sing Tja...
-
Bagi kalian yang bingung saat mengintepretasikan hasil analisa Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R 2 ), berikut saya sajik...
-
Bagi rekan-rekan guru terutama guru olah raga, biasanya agak kesulitan dalam menentukan judul PTK (Penelitian Tindakan Kelas) untuk bidang...